ASKEPKELUARGA DENGAN ANGGOTA KELUARGA MENGALAMI HIPERTENSI / CVA BAB I PENDAHULUAN Askep Hipertensi dan CVA, 2009. Susilawati. Kumpulan Askep. 29 Februari 2008. Sylvia A. Price & Lorraine M. Wilson. 2005. Patofisiologi. Jakarta : EGC. Askep Asma Bronkhiale (1) Askep Bedah (5) Askep BPH (1) Askep COPD (1) Askep Dalam (14) LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN ASMA BRONKHIAL A. Konsep Dasar Keluarga 1. Definisi Keluarga Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Depkes RI 1988. Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam perannya masingmasing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. Salvicion G bailon dan Aracelis Maglaya 1989. Dari kedua definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga adalah a Unit terkecil masyarakat b Terdiri dari dua orang atau lebih c Adanya ikatan perkawinan dan pertalian darah d Hidup dalam satu rumah tangga e Di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga f Berinteraksi diantara sesame anggota keluarga g Setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. h Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan. 2. Type keluarga a. Keluarga inti Nuclear Family, adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak. b. Keluarga besar Extended Family, adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya. c. Keluarga berantai Serial Family, adalah keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti. d. Keluarga duda/janda Single Family, adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian. e. Keluarga berkomposisi Composite, adalah keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama. f. Keluarga kabitas Cahabitation, adalah dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga. 3. Struktur Keluarga Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah a. Patrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. b. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. c. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri d. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami e. Keluarga kawinan Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan suami atau istri 4. Peran Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah sebagai berikut a. Peranan ayah Ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak, berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. b. Peranan ibu Sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lngkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. c. Peranan anak Anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual 5. Fungsi Keluarga Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai berikut a. Fungsi Biologis 1 Untuk meneruskan keturunan 2 Memelihara dan membesarkan anak 3 Memenuhi kebutuhan gizi keluarga 4 Memelihara dan merawat anggota keluarga b. Fungsi Psikologis 1 Memberikan kasih saying dan rasa aman 2 Memberikan perhatian diantara anggota keluarga 3 Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga 4 Memberikan identitas keluarga c. Fungsi sosialisasi 1 Membina sosialisasi pada anak tingkat 2 Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak 3 Meneruskan nilai-nilai budaya keluarga d. Fungsi ekonomi 1 Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga 2 Pengaturan penggunaan pengahasilan keluarga untuk memnuhi kebutuhan keluarga 3 Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak, jaminan hari tua dan sebagainya. e. Fungsi pendidikan 1 Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, ketrampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilkinya. 2 Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan dating dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa. 3 Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. 6. Ciri – Ciri Keluarga a. Diikat dalam suatu tali perkawinan b. Ada hubungan darah c. Ada ikatan batin d. Ada tanggung jawab masing-masing anggotanya e. Ada pengambil keputusan f. Kerjasama diantara anggota keluarga g. Komunikasi interaksi antar anggota keluarga h. Tinggal dalam suatu rumah. 7. Tahap – Tahap Perkembangan Keluarga Tahap-tahap kehidupan keluarga menurut Duvall adalah sebagai berikut a. Tahap pembentukan keluarga Tahap ini dimulai dari pernikahan, yang dilanjutkan dalam membentuk rumah tangga b. Tahap menjelang kelahiran anak Tugas keluarga yang utama untuk mendapatkan keturunan sebagai generasi penerus, melahirkan anak merupakan kebanggaan bagi keluarga yang merupakan saat-saat yang sangat dinantikan. c. Tahap menghadapi bayi Dalam hal ini keluarga mengasuh, mendidik dan memberikan kasih sayang kepada anak, karena pada tahap ini bayi kehidupannya sangat tergantung kepada kedua orangtuanya. Dan kondisinya masih sangat lemah. d. Tahap menghadapi anak prasekolah Pada tahap ini anak sudah mulai mengenal kehidupan sosialnya, sudah mulai bergaul dengan teman sebaya, tetapi sangat rawan dalam masalah kesehatan, karena tidak mengetahui mana yang kotor dan mana yang bersih. Dalam fase ini anak sangat sensitive terhadap pengaruh lingkungan dan tugas keluarga adalah mulai menanamkan norma-norma kehidupan, norma-norma agama, norma-norma social budaya dan sebagainya. e. Tahap menghadapi anak sekolah Dalam tahap ini tugas keluarga adalah bagaimana mendidik anak, mengajari anak untuk mempersiapkan masa depannya, membiasakan anak belajar secara teratur, mengontrol tugas-tugas sekolah anak, dan meningkatkan pengetahuan umum anak. f. Tahap menghadapi anak remaja Tahap ini adalah tahap yan paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiannya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orangtua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengerti antara kedua orangtua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan. g. Tahap melepaskan anak ke masyarakat Setelah melalui tahap remaja dan anak telah dapat menyelesaikan pendidikannya, maka tahap selanjutnya adalah melepaskan anak ke masyarakat dalam memulai kehidupannya yang sesungguhnya, dalam tahap ini anak akan memulai kehidupan berumah tangga h. Tahap berdua kembali Setelah anak besar dan menempuh kehidupan keluarga sendiri-sendiri, tinggallah suami istri berdua saja. Dalam tahap ini keluarga akan merasa sepi dan bila tidak dapat menerima kenyataan akan dapat menimbulkan depresi dan stress. i. Tahap masa tua Tahap ini masuk ke tahap lanjut usia, dan kedua orangtua mempersiapkan diri untuk meninggalkan dunia yang fana ini. 8. Tugas – Tugas Keluarga Pada dasarnya tugas keluarga ada delapan tugas pokok sebagai berikut a. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya b. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga c. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing d. Sosialisasi antar anggota keluarga e. Pengaturan jumlah anggota keluarga f. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga g. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas h. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga 9. Tugas –Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan Untuk dapat mencapai tujuan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, keluarga mempunyai tugas dalam pemeliharaan kesehatan para anggotanya dan saling memelihara. Freeman 1981 membagi5 tugas kesehatan yang harus dilakukan oleh keluarga, yaitu a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggotanya b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat c. Memberikan keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda. d. Mempertahankan suasana di rumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga e. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembagalembaga kesehatan, yang menunjukkan pemanfaatan dengan baik fasilitasfasilitas kesehatan yang ada. 10. Keluarga Kelompok Risiko Tinggi Dalam melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, yang menjadi prioritas utama adalah keluarga-keluarga yang tergolong risiko tinggi dalam bidang kesehatan, meliputi a. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah sebagai berikut 1 Tingkat sosial ekonomi keluarga rendah 2 Keluarga kurang atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan sendiri 3 Keluarga dengan keturunan yang kurang baik/keluarga dengan penyakit keturunan b. Keluarga dengan ibu dengan risiko tinggi kebidanan. Waktu hamil 1 Umur ibu 16 tahun atau lebih 35 tahun 2 Menderita kekurangan gizi/anemia, hipertensi 3 Primipara atau multipara 4 Riwayat persalinan dengan komplikasi c. Keluarga dimana anak manjadi risiko tinggi, karena 1 Lahir premature/BBLR 2 Berat badan sukar naik 3 Lahir dengan cacat bawaan 4 ASI kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi 5 Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi atau anaknya. d. Keluarga mempunyai masalah dalam hubungan antara anggota keluarga 1 Anak yang tidak dikehendaki dan pernah dicoba untuk digugurkan 2 Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga sehingga sering timbul cekcok dan ketegangan 3 Ada anggota keluarga yang sering sakit B. Konsep Dasar Penyakit Asma 1. Pengertian Asma Asma adalah suatu kondisi dimana jalan udara dalam paru-paru meradang hingga lebih sensitif terhadap faktor khusus pemicu yang menyebabkan jalan udara menyempit hingga aliran udara berkurang dan mengakibatkan sesak napas dan bunyi napas mengikik Professor Jon Ayres, 2003. Asma adalah penyakit paru yang di dalamnya terdapat obstruksi jalan napas, inflamasi jalan napas dan jalan napas yang hiperresponsif atau spasme otot polos bronchial. Cecily,2002 Sistem pernafasan meliputi a. Rongga hidung yang menghangatkan, melembabkan, dan menyaring udara inspirasi. b. Laring Adam’s apple atau jakun yang berperan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas terhadap masuknya makanan dan cairan karena ini dapat menyebabkan batuk bila terangsang. c. Trakea yang bercabang menjadi dua bronkus d. Saluran utama bronkus Merupakan percabangan trakea bercabang menjadi bagian kanan dan kiri. Panjang kira-kra 5cm, diameter 11-13 mm. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea. Bronkus bercabang-cabang menjadi bronkeolus. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan. Bronkiolus berakhir pada kantung udara alveolus. e. Alveolus Terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil terdiri atas selapis sel epitel pipih dan banyak bermuara kapiler darah yang memungkinkan terjadinya pertukaran gas. f. Pada pernafasan melalui paru-paru atau pernafasan eksternal, oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trakea dan pada pipa bronkhial ke alveoli, dan dapat erat hubungan dengan darah di dalam kapiler pulmonalis. Alveoli memisahkan oksigen dari darah, oksigen menembus membran, diambil oleh sel darah merah dan dibawa ke jantung dan dari jantung dipompakan ke seluruh tubuh. Di dalam paruparu, karbondioksida merupakan hasil buang metabolisme, menembus membran alveoli, dari kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui membran pipa bronkhial dan trakea, dikeluar melalui hidung dan mulut. g. Empat proses yang berhubungan dengan pernafasan pulmoner 1 Ventilasi pulmoner, atau gerak pernafasan yang menukar udara dalam alveoli dengan udara luar. 2 Arus darah melalui paru-paru, darah mengandung oksigen masuk ke seluruh tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk ke paru-paru. 3 Distribusi arus udara dan arus darah. Difusi gas yang menembus membran pemisah alveoli dan kapiler, CO2 lebih mudah berdifusi dari pada O2. Pearce, Ec, 2000. 2. Klasifikasi Derajat Asma Tabel Klasifikasi Derajat Asma Derajat Asma Gejala Gejala Malam 1. Gejala 1x/minggu tapi 2 kali seminggu Mingguan 1x/hari 2. Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur 1. Gejala harian 2. PERSISTEN SEDANG Harian Menggunakan obat setiap hari 3. Serangan mengganggu >sekali seminggu aktivitas dan tidur 4. Serangan 2x/minggu, bisa berhari-hari PERSISTEN BERAT 1. Gejala terus-menerus Kontinu 2. Aktivitas fisik terbatas Sering 3. Etiologi Asma Ada beberapa faktor predisposisi dan predispetasi timbulnya serangan asma bronchial yang dapat digolongkan pada 2 faktor terdiri dari . a. Faktor predisposisi, meliputi 1 Genetik Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penularannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena ada bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitifitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan. b. Faktor Presipitasi 1 Alergen Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu a Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan Ex debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi. b Ingestan, yang masuk melalui mulut Ex makanan dan obat-obatan c Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit Ex perhiasan, logam dan jam tangan 2 Perubahan cuaca Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi timbulnya asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Selain itu juga kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau, musim bunga, arah angina serbuk bunga serta debu. 3 Stress Stress / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress / gangguan emosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum teratasi maka gejala asmanya belum bisa diobati 4 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja juga mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium hewan, terkena bulu-bulu binatang industry tekstil, pabrik abses, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti 5 Olahraga / aktivitas jasmani yang berat Sebagian berat penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olahraga yang berat, seperti lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma kerena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut. 4. Manifestasi Klinis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat hiperaktivitas bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat reversible secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala asma antara lain a. Bising mengi wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop b. Batuk produktif, sering terjadi pada malam hari c. Napas atau dada seperti tertekan d. Pasien menggunakan otot-otot tambahan untuk bernafas dan mungkin membungkuk ke depan untuk bernafas dengan lebih baik. e. Dispnea dengan ekspirasi memanjang f. Cuping hidung melebar g. Sianosis h. Ansietas, iritabilitas sampai penurunan tingkat kesadaran. Gejalanya bersifat paroksimal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe yaitu  Ekstrinsik alergik Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang spesifik seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya satu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.  Intrinsik non alergik Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronchitis kronik dan emfisema.  Asma gabungan Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergi dan non-alergi 5. Patofisiologi Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan pengeluarkan berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat yang merupakan leukotrient, factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding bronkhioulus kecil maupun ekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat. Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel ches Pencetus     Alergen Cuaca Emosi Olah raga Respon imun menjadi aktif Penghambat kostikosteroid Pelepasan mediator humoral  Histamine  SRS-A  Serotonin  Kinin     Broncos Edema mukosa Sekresi meningkat inflamasi 6. Pemeriksaan laboratorium a. Pemeriksaan sputum Pemeriksaan sputum dilakukan untuk melihat adanya  Kristal-kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinopil.  Spiral curshmann, yakni yang merupakan cast cell sel cetakan dari cabang bronkus.  Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus.  Netrofil dan eosinopil yang terdapat pada sputum, umumnya bersifat mukoid dengan viskositas yang tinggi dan kadang terdapat mucus plug. b. Pemeriksaan darah  Analisa gas darah pada umumnya normal akan tetapi dapat pula terjadi hipoksemia, hiperkapnia, atau asidosis.  Kadang pada darah terdapat peningkatan dari SGOT dan LDH.  Hiponatremia dan kadar leukosit kadang-kadang di atas dimana menandakan terdapatnya suatu infeks  Pada pemeriksaan faktor-faktor alergi terjadi peningkatan dari Ig E pada waktu serangan dan menurun pada waktu bebas dari serangan 7. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan radiologi Gambaran radiologi pada asma pada umumnya normal. Pada waktu serangan menunjukan gambaran hiperinflasi pada paru-paru yakni radiolusen yang bertambah dan peleburan rongga intercostalis, serta diafragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, maka kelainan yang didapat adalah sebagai berikut  Bila disertai dengan bronkitis, maka bercak-bercak di hilus akan bertambah.  Bila terdapat komplikasi empisema COPD, maka gambaran radiolusen akan semakin bertambah.  Bila terdapat komplikasi, maka terdapat gambaran infiltrate pada paru  Dapat pula menimbulkan gambaran atelektasis lokal.  Bila terjadi pneumonia mediastinum, pneumotoraks, dan pneumoperikardium, maka dapat dilihat bentuk gambaran radiolusen pada paru-paru. b. Pemeriksaan tes kulit Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma. c. Elektrokardiografi Gambaran elektrokardiografi yang terjadi selama serangan dapat dibagi menjadi 3 bagian, dan disesuaikan dengan gambaran yang terjadi pada empisema paru yaitu  Perubahan aksis jantung, yakni pada umumnya terjadi right axis deviasi dan clock wise rotation.  Terdapatnya tanda-tanda hipertropi otot jantung, yakni terdapatnya RBB Right bundle branch block.  Tanda-tanda hipoksemia, yakni terdapatnya sinus tachycardia, SVES, dan VES atau terjadinya depresi segmen ST negative. d. Scanning paru Dengan scanning paru melalui inhalasi dapat dipelajari bahwa redistribusi udara selama serangan asma tidak menyeluruh pada paru-paru. e. Spirometri Untuk menunjukkan adanya obstruksi jalan nafas reversible, cara yang paling cepat dan sederhana diagnosis asma adalah melihat respon pengobatan dengan bronkodilator. Pemeriksaan spirometer dilakukan sebelum dan sesudah pamberian bronkodilator aerosol inhaler atau nebulizer golongan adrenergik. Peningkatan FEV1 atau FVC sebanyak lebih dari 20% menunjukkan diagnosis asma. Tidak adanya respon aerosol bronkodilator lebih dari 20%. Pemeriksaan spirometri tidak saja penting untuk menegakkan diagnosis tetapi juga penting untuk menilai berat obstruksi dan efek pengobatan. Benyak penderita tanpa keluhan tetapi pemeriksaan spirometrinya menunjukkan obstruksi. 7. Komplikasi a. Status asmatikus b. Pneumonia c. Pneumothoraks d. Emfisema kronik e. Gagal nafas f. Bronchitis g. Fraktur iga h. Kematian 8. Pencegahan Diharapkan dengan mencegah dan mengendalikan faktor pencetus serangan asma makin berkurang atau derajat asma semakin ringan. Pada dasarnya obat-obat anti asma dipakai untuk mencegah dan mengendalikan gejala asma. a. Pencegahan controller yaitu obat yang dipakai setiap hari, dengan tujuan agar gejala asma persisten tetap terkendali. b. Penghilang gejala reliever yaitu obat penghilang gejala yang dapat merelaksasi bronkontruksi dan gejala-gejala yang menyertainya segera. 9. Penatalaksanaan Tujuan terapi asma adalah a. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma dan mencegah kekambuhan b. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya c. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan exercise d. Menghindari efek samping obat asma e. Mencegah obstruksi jalan napas yang ireversibel Strategi pengobatan pada asma bronchial terbagi 2, yaitu 1. Pengobatan non farmakologik a. Memberikan penyuluhan b. Menghindari faktor pencetus c. Pemberian cairan d. Fisioterapi e. Beri O2 bila perlu 2. Pengobatan farmakologik Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu a. Pengobatan non farmakologik  Memberikan penyuluhan  Menghindari faktor pencetus  Pemberian cairan  Fisiotherapy  Beri O2 bila perlu. b. Pengobatan farmakologik  Bronkodilator obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2 golongan a. Simpatomimetik/ andrenergik Adrenalin dan efedrin Nama obat  Orsiprenalin Alupent  Fenoterol berotec  Terbutalin bricasma Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan MDI Metered dose inhaler. Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler atau cairan broncodilator Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol partikel-partikel yang sangat halus untuk selanjutnya dihirup. b. Santin teofilin Nama obat  Aminofilin Amicam supp  Aminofilin Euphilin Retard  Teofilin Amilex Efek dari teofilin sama dengan obat golongan impatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat. Cara pemakaian Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin misalnya muntah atau lambungnya kering  Kromalin Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.  Ketolifen Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral. C. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga Proses keperawatan adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang diajukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan melalui perawatan sebagai sarana/penyalur. effendy199838 Asuhan keparawatan pada keluarga merupakan bagian penting dalam upaya menyelesaikan masalah yang dihadapi sasaran, baik sebagai sasaran keluarga sendiri , sasaran individu maupun sasaran kelompok bahkan sasaran yang lebih luas yaitu masyarakat. Tahap-tahap dalam proses keperawatan saling bergantungan satu sama lainnya dan bersifat dinamis, dan disusun secara sistematis untuk menggambarkan perkembangan dari tahap, dengan tahap-tahap sebagai berikut 1. Pengkajian Adalah sekumpulan tindakan yang digunakan oleh perawat untuk mengukur keadaan klien dan keluarga dengan memakai norma-norma kesehatan keluarga maupun sosial, yang merupakan sistem yang berintegrasi dan kesanggupan untuk mengatasinya. Untuk mendapatkan data keluarga yang akurat perlu sumber informasi dari anggota keluarga yang paling mengetahui keadaan keluarga dan biasanya adalah ibu. Sedangkan informasi tentang potensi keluarga dapat diperoleh dari pengambilan keputusan dalam keluarga, biasanya adalah kepala keluarga, atau kadang-kadang orangtua. Pengumpulan data dapat dilakukan melalui cara a. Wawancara Yang berkaitan dengan hal-hal yang perlu diketahui, baik aspek fisik, mental, sosial budaya, ekonomi, kebiasaan, lingkungan, dan sebagainya. b. Observasi Pengamatan terhadap hal-hal yang tidak perlu ditanyakan, karena sudah dianggap cukup melalui pengamatan saja, diantaranya yang berkaitan dengan lingkungan fisik, misalnya ventilasi, penerangan, keberhasilan dan sebagainya. c. Studi Dokumentasi Studi berkaitan dengan perkembangan kasus anak dan dewasa, diantaranya melalui kartu menuju sehat, kartu keluarga dan catatan-catatan kesehatan lain. d. Pemeriksaan Fisik Dilakukan terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan, berkaitan dengan keadaan fisik misalnya kehamilan dan tandatanda penyakit. Data-data yang dikumpulkan meliputi hal-hal sebagai berikut 1 Data Umum a Kepala keluarga dan komposisi keluarga b Tipe keluarga c Suku bangsa dan agama d Status sosial ekonomi keluarga e Aktivitas rekreasi keluarga 2 Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. a Tahap perkembangan keluarga b Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi c Riwayat kesehatan keluarga inti 3 Data Lingkungan a Karakteristik rumah b Karakteristik tetangga dan komunitasnya c Mobilitas geografis keluarga d Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat e Sistem pendukung keluarga 4 Struktur keluarga a Struktur peran b Nilai dan norma keluarga c Pola komunikasi keluarga d Struktur kekuatan keluarga 5 Fungsi keluarga a Fungsi ekonomi b Fungsi mendapatkan status sosial c Fungsi pendidikan d Fungsi sosialisasi e Fungsi keperawatan. Tujuan dari fungsi keperawatan  Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masa kesehatan  Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan mengenal tindakan kesehatan yang tepat  Mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit  Mengetahui kemampuan keluarga memelihara/memodifikasi lingkungan rumah yang sehat  Mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dimasyarakat f Fungsi religius g Fungsi rekreasi h Fungsi reproduksi i Fungsi afeksi 6 Stress dan koping keluarga a Stresor jangka pendek dan jangka panjang b Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor c Strategi koping yang digunakan d Disfungsi strategi adaptasi 7 Pemeriksaan keluarga Pemeriksaan kesehatan pada individu anggota keluarga meliputi pemeriksaan kebutuhan dasar individu, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang perlu. 8 Harapan keluarga Perlu dikaji harapan keluarga terhadap perawat petugas kesehatan untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan yang terjadi. 2. Perumusan Masalah Perumusan masalah kesehatan keluarga dapat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan, lingkungan, nilai, norma, kultur yang dianut oleh keluarga mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta berbagai alasan dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Tipologi diagnosis keperawatan keluarga dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu a. Diagnosis aktual adalah masalah keperawatan yang sedang dialami oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat dengan cepat. Yang termasuk didalamnya adalah 1 Keadaan sakit, apakah sesudah atau sebelum diagnosa 2 Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal. b. Diagnosis resiko tinggi ancaman kesehatan adalah masa keperawatan yang belum terjadi tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan aktual dapat terjadi dengan cepat apabila tidak segera mendapat bantuan perawat. c. Diagnosa potensial adalah suatu keadaan sejahtera dan keluarga ketika keluarga telah mampu memenuhi kemampuan kesehatannya dan mempunyai suumber penunjang kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan. 3. Prioritas Masalah Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan pada beberapa criteria sebagai berikut a. Sifat masalah dikelompokkan menjadi 1 Keadaan tidak atau kurang sehat 2 Ancaman kesehatan 3 Keadaan sejahtera b. Kemungkinan masalah dapat dirubah adalah kemungkinan keberhasilan untuk mengurangi masalah atau mencegah masalah bila dilakukan intervensi keperawatan dan kesehatan. Hal-hal yang perlu diperhatikan 1 Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi, dan tindakan untuk menangani masalah 2 Sumber daya keluarga fisik, keuangan, tenaga 3 Sumber daya perawat pengetahuan, keterampilan, waktu 4 Sumber daya lingkungan fasilitas, organisasi dan dukungan c. Potensi masalah untuk dicegah adalah sifat dan beratnya masalah yang akan timbul dan dapat dikurangi atau dicegah melalui tindakan keperawatan dan kesehatan. Yang perlu diperhatikan 1 Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu 2 Tindakan yang sedang dijalankan atau yang tepat untuk memperbaiki masalah 3 Adanya kelompok yang beresiko untuk dicegah agar tidak aktual dan menjadi parah d. Masalah yang menonjol adalah cara keluarga melihat dan menilai masalah dalam hal beratnya dan diatasi melalui intervensi keperawatan, perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga menilai masalah keluarga tersebut. Dalam menentukan prioritas kesehatan dan keperawatan keluarga perlu disusun skala prioritas sebagai berikut Tabel Tabel Skala Prioritas Dalam Menyusun Masalah Kesehatan Keluarga No. Kriteria Nilai Sifat masalah 1 Bobot 1 Skala Ancaman kesehatan 2 Tidak atau kurang sehat 3 Krisis 1 Kemungkinan masalah yang dapat diubah 2 2 Skala dengan mudah 2 Hanya sebagian 1 Tidak dapat 0 Potensi masalah dapat dicegah tinggi 3 1 Skala tinggi 3 Cukup 2 Rendah 1 Menonjolnya masalah 4 1 Skala masalah berat harus ditangani 2 Masalah tidak perlu ditangani 1 Masalah tidak dirasakan 0 Skoring a Tentukan skor untuk setiap kriteria b Skor dibagi dengan angka dan dikalikan dengan bobot c Jumlah skor untuk semua kriteria d Skor tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot 4. Penyusunan Prioritas Diagnosa Keperawatan a. Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga disebabkan karena 1 Kurang pengetahuan/ketidaktauan fakta 2 Rasa takut akibat masalah yang diketahui 3 Sifat dan falsafah hidup b. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena 1 Tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah 2 Masalah kesehatan tidak begitu menonjol 3 Keluarga tidak sanggup mememcahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya manusia. 4 Ketidakcocokan pendapat dari anggota keluarga 5 Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan 6 Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada 7 Takut dari akibat tindakan 8 Sikap negative terhadap masalah kesehatan 9 Fasilitas kesehatan tidak terjangkau 10 Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan c. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit disebabkan karena 1 Tidak mengetahui keadaan penyakit 2 Tidak mengetahui tentang perawatan yang dibutuhkan 3 Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan 4 Tidak seimbang sumber daya yang ada dalam keluarga. 5 Konflik 6 Sikap dan pandangan hidup d. Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga, disebabkan karena 1 Sumber keluarga tidak cukup 2 Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat memelihara kebersihan rumah 3 Ketidaktauan pentingnya fasilitas lingkungan 4 Sikap dan pandangan hidup 5 Ketidak kompakan keluarga karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap yang mempunyai masalah e. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena 1 Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada 2 Tidak memahami keuntungan yang diperoleh 3 Kurang percaya pada petugas kesehatan dan lembaga kesehatan 4 Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan 5 Rasa takut pada akibat dari tindakan 5. Perencanaan Keperawatan Keluarga Rencana keperawatan keluarga adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan oleh perawat untuk dilaksanakan dalam pemecahan masalah kesehatan / keperawatan yang telah diidentifikasikan Effendy, 1995. Rencana tindakan keperawatan terhadap keluarga dengan Asma meliputi kegiatan yang bertujuan a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan. Tujuan Keluarga mampu mengenal masalah penyakit Asma Intervensi  Beri penjelasan kepada keluarga tentang pengertian Asma, faktor pencetus, tanda dan gejala, serta penanganannya.  Diskusikan dengan keluarga tentang hal-hal yang telah dijelaskan  Tanyakan kembali tentang apa yang didiskusikan b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara yang tepat Tujuan Keluarga sanggup mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat Intervensi  Beri penjelasan pada keluarga tentang sifat, berat dan luasnya masalah  Berikan beberapa pilihan kepada keluarga mengenai tindakan yang tepat  Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang berkaitan dengan pemilihan tindakan yang tepat. c. Memberikan kepercayaan diri selama merawat anggota keluarga yang sakit. Tujuan Keluarga dapat melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang mengalami asma Intervensi  Jelaskan kepada keluarga cara penanganan penyakit asma  Anjurkan kepada penderita makan makanan yang bergizi  Anjurkan kepada penderita memperhatikan waktu beristirahat  Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan  Berikan kesempatan pada keluarga untuk bertanya d. Membantu keluarga untuk memodifikasi lingkungan yang dapat meningkatkan kesehatan keluarga Tujuan Keluarga dapat memodifikasi lingkungan yang dapat menunjang proses penyembuhan dan pencegahan asma. Intervensi  Jelaskan pada keluarga tentang lingkungan yang berpengaruh untuk menunjang proses penyembuhan asma  Mendemonstrasikan kepada keluarga cara menciptakan lingkungan yang dapat menunjang proses pencegahan dan penyembuhan penyakit asma.  Motivasi keluarga untuk melakukan apa yang telah dijelaskan. e. Motivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungannya. Tujuan Keluarga menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan untuk mengobati penyakit asma Intervensi Jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan yang ada untuk pemeriksaan dan pengobatan Asma 6. Pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga didasarkan pada rencana asuhan keperawatan yang telah disusun. Kegagalan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan dan kesehatan dalam memecahkan masalah kesehatan keluarga disebabkan oleh banyak faktor, diantaranya adalah a. Kurang pengetahuan dalam bidang kesehatan b. Informasi yang diperoleh keluarga tidak menyeluruh c. Tidak mau mengatasi situasi d. Adat istiadat yang berlaku e. Mempertahankan suatu pola tingkah laku f. Kegagalan mengaitkan tindakan dengan sasaran g. Kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan Faktor lain yang bersumber dari perawat a. Menggunakan pola pendekatan yang tidak tepat kaku b. Kurang memberikan penghargaan, perhatian terhadap faktor-faktor sosial budaya c. Perawat kurang ahli dalam mengambil tindakan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan tindakan keperawatan terhadap keluarga a. Sumber daya keluarga keuangan dan tingkat pendidikan keluarga b. Adat istiadat yang berlaku c. Respon dalam penerimaan keluarga d. Sarana dan prasarana yang ada pada keluarga 7. Evaluasi Merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dan kriteria yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil sebagian, perlu disusun rencana perawatan yang baru. Evaluasi perlu dilakukan beberapa kali dengan melibatkan keluarga sehingga penting diperhatikan waktu yang sesuai dengan kesediaan keluarga. Setelah dilakukan tindakan keperawatan keluarga dengan Asma diharapkan a. Keluarga mampu mengenal masalah Asma b. Keluarga mampu mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat c. Keluarga mampu melakukan perawatan yang tepat pada anggota keluarga yang sakit d. Keluarga dapat memodifikasi lingkungan untuk menunjang penyembuhan dan pencegahan penyakit Asma e. Keluarga mampu menggunakan tempat pelayanan kesehatan yang tepat untuk penatalaksanaan Asma DAFTAR PUSTAKA Baratawidjaja, K. 1990 “Asma Bronchiale”, dikutip dari Ilmu Penyakit Dalam, Jakarta FK UI. Brunner & Suddart 2002 “Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah”, Jakarta AGC. Crockett, A. 1997 “Penanganan Asma dalam Penyakit Primer”, Jakarta Hipocrates. Crompton, G. 1980 “Diagnosis and Management of Respiratory Disease”, Blacwell Scientific Publication. Doenges, M. E., Moorhouse, M. F. & Geissler, A. C. 2000 “Rencana Asuhan Keperawatan”, Jakarta EGC. Guyton & Hall 1997 “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, Jakarta EGC. Hudak & Gallo 1997 “Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik”, Volume 1, Jakarta EGC. Price, S & Wilson, L. M. 1995 “Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit”,Jakarta EGC. Pullen, R. L. 1995 “Pulmonary Disease”, Philadelpia Lea & Febiger. Rab, T. 1996 “Ilmu Penyakit Paru”, Jakarta Hipokrates. Rab, T. 1998 “Agenda Gawat Darurat”, Jakarta Hipokrates. Reeves, C. J., Roux, G & Lockhart, R. 1999 “Keperawatan Medikal Bedah”, Buku Satu, Jakarta Salemba Medika. Staff Pengajar FK UI 1997 “Ilmu Kesehatan Anak”, Jakarta Info Medika. Sundaru, H. 1995 “Asma ; Apa dan Bagaimana Pengobatannya”, Jakarta FK UI
ASKEPIGD ASMA BRONCHI LAPORAN KASUS RESUME KEPERAWATAN PADA An.T DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN. PADA KASUS ASMA BRONCHIALE DI IGD RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANJARBARU PROGRAM STUDY ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) CAHAYA BANGSA BANJARMASIN 2012 I.PENGKAJIAN a.Identitas Klien Nama : Tn.
KARYA TULIS ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN KASUS ASTHMA BRONCHIAL PADA BAPAK L DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS GALANG DUSUN TALAMANDU DESA LALOS KECAMATAN GALANG KABUPATEN TOLITOLI TAHUN 2012 OLEH M. RAPIUDIN. R NIM 09069 PEMERINTAH KABUPATEN TOLITOLI AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA TOLITOLI HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING Judul Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus “Asthma Bronchial” Pada Bapak L Diwilayah Kerja Puskesmas Galang Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kab. Tolitoli Tahun 2012 Penulis M. RAPIUDIN. R Nim 09069 Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan pendidikan pada Akper Pemda Tolitoli. Tolitoli, September 2012 TIM PEMBIMBING PEMBIMBING I SARIPAH A. KASAU. SKM 198903 2 007 PEMBIMBING II SURIYANTO Nip. 19811025 200701 1 008 HALAMAN PENGESAHAN Panitia Ujian Karya Tulis Ilmiah KTI Akper Pemda Tolitoli, setelah meneliti dan mengetahui cara dan pembuatan Karya Tulis Ilmiah KTI dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus “Asthma Bronchial” Pada Bapak L Diwilayah Kerja Puskesmas Galang Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kab. Tolitoli Tahun 2012” yang telah dipertanggung jawab oleh Mahasiswa Nama M. Rapiudin, Nim 09069 Pada hari Sabtu tanggal 28 September 2012 PANITIA UJIAN Jabatan Nama/Nip Tanda Tangan Ketua SARIPAH A. KASAU. SKM 198903 2 007 ………………………… Penguji I ROSMIATY DJAMAL, Nip. 19541224 197703 2 006 ………………………… Penguji II SURIYANTO Nip. 19811025 200701 1 008 ………………………… Mengetahui Direktur Akper Pemda Tolitoli St. F. Iriany Batalipu, SKM, M. Si Nip. 19620518 198211 2 001 KATA PENGANTAR Tiada Kata yang Pantas penulis ucapkan selain memanjatkan Puji syukur kehadirat Allah SWT, Karena dengan izin dan karunia-Nyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah KTI ini dengan Judul “Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Kasus Asthma Bronchial pada Keluarga Bapak L Diwilayah Kerja Puskesmas Galang Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli Tahun 2012“ sebagai salah Satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III Akademi Keperawatan Pemda Tolitoli. Terwujudnya KTI ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak, sehingga dapat terselesaikan tepat pada waktunya maka perkenankanlah Penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan penghargaan rasa hormat dan terima kasih yang setulus-tulusnya Kepada St. Fatimah Iriany Batalipu, SKM, Selaku Direktur Akademik Keperawatan Pemda Tolitoli Yang telah memberikan Bimbingan selama penulis mengikuti Pendidikan Di Akper Pemda Tolitoli. Ibu Saripah A. Kasau, SKM selaku Pembimbing I Dan Bapak Suriyanto selaku Pembimbing II dengan tulus Ikhlas telah meluangkan waktu tenaga dan pikiran dalam memberikan arahan kepada penulis Selama Penyusunan KTI Masnur Hj. Palleco, SKM Selaku Kepala Puskesmas Galang Yang Telah memberikan izin tempat / lokasi pengambilan data dan informasi. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Pendidikan Akademik Keperawatan Pemda Tolitoli yang Telah memberikan Bekal ilmu dan keterampilan selama penulis mengikuti pendidikan. Teristimewa kepada orang tua dan keluarga yang telah memberikan dorongan dan doa sehingga penulis berhasil dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah Ini. Kepada Rekan-rekan Mahasiswa seangkatan khususnya mahasiswa Akper Pemda Tolitoli yang telah banyak memberikan kebersamaan selama menempuh pendidikan dan kepada yang namanya tidak tercantum tetapi telah banyak membantu penulis dalam penyusunan KTI ini. Tiada ada kata yang lebih indah yang mampu penulis ucapkan selain terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu akhir kata, semoga KTI ini dapat bermanfaat bagi para pembaca khususnya Mahasiswa Akper Pemda Tolitoli. Tolitoli, September 2012 Penulis M. Rapiudin R. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ………………………………………………………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN …………………………………………………………… iii KATA PENGANTAR ……………………………………………………………………… iv DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………… vi DAFTAR TABEL……………………………………………………………………………. x DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………….. xi DAFTAR SINGKATAN ………………………………………………………………….. xii DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………….. xiii BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………………… Latar Belakang …………………………………………………………………….. 1 Rumusan Masalah ………………………………………………………………. 3 Tujuan Penulisan ………………………………………………………………… 3 Tujuan Umum ………………………………………………………………… 3 Tujuan Khusus………………………………………………………………… 3 Metode Penulisan………………………………………………………………… 4 Manfaat Penelitian……………………………………………………………….. 5 BAB II TINJAUAN TEORI………………………………………………………………. Penyakit Asthma Bronchial…………………………………………………… 6 Pengertian ……………………………………………………………………… 6 Etiologi …………………………………………………………………………… 7 Tanda Dan Gejala ………………………………………………………….. 8 Derajat Berat Asthma ……………………………………………………… 8 Jenis-jenis Asthma …………………………………………………………. 9 Patofiologi ……………………………………………………………………… 10 Komplikasi ……………………………………………………………………… 11 Pemeriksaan Diagnosis …………………………………………………. 12 Penatalaksanaan …………………………………………………………… 12 10. Pengobatan ……………………………………………………………………. 13 11. Pencegahan …………………………………………………………………… 14 Tinjauan Teori Keluarga………………………………………………………. Pengertian Keluarga ………………………………………………………. 16 Tipe Keluarga…………………………………………………………………. 16 Tahapan Perkembangan Keluarga ………………………………… 17 Struktur Keluarga ……………………………………………………………. 20 Fungsi Keluarga …………………………………………………………….. 21 Tugas Keluarga Di Bidang Kesehatan …………………………… 23 Ketidakmampuan Keluarga Dalam Melaksanakan Tugas- tugas Kesehatan Dan Keperawatan ……………………………….. 25 Asuhan Keperawatan Keluarga …………………………………………… Pengkajian …………………………………………………………………….. 28 Tahap-tahap Pengkajian ………………………………………………… 28 Diagnose Keperawatan ………………………………………………….. 30 Analisa Data …………………………………………………………………… 30 Perumusan Masalah Dan Diagnosa Keperawatan …………. 31 Perioritas Diagnosa Keperawatan yang Ditemukan ……….. 36 Perencanaan Keperawatan Keluarga …………………………….. 40 Pembuatan Rencana Keperawatan ……………………………….. 43 Implementasi…………………………………………………………………… 45 10. Evaluasi …………………………………………………………………………. 47 Konsep Teori Pengkajian Pada Penderita Asthma Bronchial. Persiapan ………………………………………………………………………. 48 Hal Yang perlu di perhatikan ………………………………………….. 48 Langkah-langkah Pemeriksaan ……………………………………… 49 BAB III APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA………… Pengkajian …………………………………………………………………….. 52 Klasifikasi ………………………………………………………………………. 64 Analisa Data …………………………………………………………………… 65 Penilaian Scoring Diagnosa Keperawatan …………………….. 66 Diagnosa Keperawatan Prioritas ……………………………………. 68 Intervensi ……………………………………………………………………….. 69 Implementasi ………………………………………………………………….. 71 Evaluasi …………………………………………………………………………. 72 Catatan perkembangan ………………………………………………….. 73 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN …………………………………………….. Hasil ………………………………………………………………………………. 76 Diagnosa Keperawatan ………………………………………………….. 77 Intervensi………………………………………………………………………… 80 Implementasi ………………………………………………………………….. 81 Evaluasi …………………………………………………………………………. 82 Pembahasan ………………………………………………………………….. 79 BAB V PENUTUP………………………………………………………………………….. Kesimpulan …………………………………………………………………………. 86 Saran …………………………………………………………………………………… 87 DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………………. LAMPIRAN …………………………………………………………………………………….. DAFTAR TABEL Tabel 1. Derajat Berat Asthma…………………………………………………………. 8 Tabel 2. Skala Boylon Dan Malgaya 1978 ……………………………………. 37 Tabel 3. Penetapan Kriteria Dan Standar ………………………………………… 42 Tabel 4. Komposisi Keluarga ………………………………………………………….. 52 Tabel 5. Pemeriksaan Fisik Keluarga ……………………………………………… 62 Tabel 6. Klasifikasi Data …………………………………………………………………. 64 Tabel 7. Analisa Data ……………………………………………………………………… 65 Tabel 8. Scoring Diagnosa Keperawatan ………………………………………… 66 Tabel 9. Scoring Diagnosa Keperawatan ………………………………………… 67 Tabel 10. Diagnosa Prioritas …………………………………………………………… 68 Tabel 11. Intervensi …………………………………………………………………………. 69 Tabel 12. Implementasi …………………………………………………………………… 71 Tabel 13. Evaluasi …………………………………………………………………………… 72 Tabel 14. Catatan Perkembangan …………………………………………………… 73 Tabel 15. Catatan Perkembangan …………………………………………………… 74 Tabel 16. Catatan Perkembangan……………………………………………………. 75 DAFTAR GAMBAR Gambar I. Genogram 3 Generasi……………………………………………………… 53 Gambar 2. Denah Rumah ……………………………………………………………….. 57 Gambar 3. Arah Mata Angin …………………………………………………………….. 57 DAFTAR SINGKATAN Mis = Misalnya O2 = Oksigen Mg = Miligram RI = Republik Indonesia PES = Problem + Etiologi + Sympton NO = Nomor TBC = Tubercolosis BCG = Bacilli Calmette Guarin SOAPIER = Subyektif, Obyektif, Anakysis, Planning, Implementasi, Evaluasi, Reasesmen 10. KK = Kepala Keluarga 11. P = Perempuan 12. L = Laki-laki 13. JK = Jenis Kelamin 14. URT = Urusan Rumah Tangga 15. TV = Televisi 16. WC = Water Close 17. TD = Tekanan Darah 18. ND = Nadi 19. SB = Suhu Badan 20. BB = Berat Badan 21. PDAM = Perusahaan Daerah Air Minum 22. Dx = Diagnosa 23. SD = Sekolah Dasar 24. SR = Sekolah Rakyat 25. M2 = Meter Persegi 26. C = Celcius 27. Pddk = Pendidikan 28. TTV = Tanda-tanda Vital 29. SPAL = Saluran Pembuangan Air Limbah 30. WHO = World health Organitation 31. RR = Respirasi DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 SAP Asthma Bronchial Lampiran 2 Leaflet Asthma Bronchial Lampiran 3 SAP Pengobatan Dan Perawatan pada Penyakit Asthma Bronchial Lampiran 4 Leaflet Pengobatan Dan Perawatan Pada Penyakit Asthma BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asthma Bronchial merupakan kelainan saluran napas kronik yang merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini dapat terjadi pada berbagai usia, naik laki-laki maupun perempuan. Dalam decade terakhir ini prevalensi Asthma Bronchial cenderung meningkat, sehingga masalah penanggulangan asthma menjadi masalah yang menarik. Fazidah Aguslina Di Akses Tanggal 19/09/2012. Angka kejadian asthma bervariasi diberbagai Negara, tetapi terlihat kecenderungan bahwa penderita penyakit ini meningkat jumlahnya, meskipun belakangan ini obat-obat Asthma banyak dikembangkan. Dinegara maju angka kesakitan dan kematian karena asthma juga terlihat meningkat. Tanggal 04 Mei 2004 ditetapkan oleh Global Initiavite In Asthma GINA sebagai World Asthma Day Hari Asthma se-Dunia. Menurut data organisasi kesehatan dunia WHO, penyandang Asthma di dunia mencapai 100-150 juta orang. Jumlah ini diduga terus bertambah sekitar 180 ribu orang per tahun. Peningkatan penderita Asthma Bronchial juga terjadi di Indonesia, penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC international Study On Asthma And Allergy In Children Tahun 1995 menunjukkan, prevalensi asthma masih 2,1%, dan meningkat tahun 2003 menjadi dua kali lipat lebih yakni 5,2%. Di Akses Tanggal 19/09/2012. Asthma adalah satu diantara beberapa penyakit yang tidak bisa disembuhkan secara total. Kesembuhan dari satu serangan asthma tidak menjamin dalam waktu dekat akan terbebas dari ancaman serangan berikutnya. Apalagi bila karena pekerjaan dan lingkungannya serta faktor ekonomi, penderita harus selalu berhadapan dengan faktor alergi yang menjadi penyebab serangan. Biaya pengobatan simptomatik pada waktu serangan mungkin bisa diatasi oleh penderita atau keluarganya, tetapi pengobatan profilaksis yang memerlukan waktu lebih lama, sering menjadi problem tersendiri. Adapun dampak yang ditimbulkan akibat penyakit Asthma Adalah Gagal Nafas, Pneumotoraks, Atelektasis, Emfisema, Bronkitis, Hipoksemia. Menurut Data Dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tolitoli pada tahun 2011 Adapun jumlah penyakit asthma adalah 582 jiwa, Tahun 2012 terjadi peningkatan penyakit Asthma Bronchial 865 jiwa. Khususnya Untuk wilayah Puskesmas Galang pada tahun 2010 penyakit Asthma Bronchial 349 jiwa, Tahun 2011 terjadi peningkatan penyakit Asthma Bronchial 422 jiwa, dan pada tahun 2012 Periode Januari sampai Juni jumlah penderita Asthma Bronchial 146 jiwa. Dari uraian tersebut di atas dan masih tingginya prevalensi penyakit Asthma Bronchial secara Global terus meningkat sehingga penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Asuhan Keperawatan Keluarga pada Bapak L dengan kasus Asthma Bronchial di Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli” sebagai Karya Tulis Ilmiah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan masalah diatas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut “Bagaimana Gambaran Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Keluarga Bapak L Dengan Kasus Asthma Bronchial Di Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli”. C. Tujuan Penulisan Tujuan Umum Mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan Keluarga Secara langsung dan Komprehensif dengan pendekatan proses keperawatan pada keluarga yang menderita penyakit . Tujuan Khusus Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada keluarga Bapak L dengan masalah Penyakit Asthma Bronchial dalam bidang kesehatan Meliputi Melakukan Pengkajian yang meliputi pengumpulan data dan menetapkan masalah berdasarkan prioritas masalah. Membuat Perencanaan untuk mengatasi masalah perawatan yang ada mencakup penetapan tujuan dan intervensi keperawatan. Melaksanakan Tindakan Keperawatan Berdasarkan Rencana Asuhan Keperawatan Mendokumentasikan semua kegiatan Asuhan Keperawatan berdasarkan tindakan yang telah dilakukan. D. Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah Adalah dengan cara Deskritif atau dengan cara menggambarkan suatu keadaan kondisi berdasarkan data fakta yang diperoleh melalui Study Kasus dengan Teknik pengumpulan data sebagai berikut Wawancara Teknik pengumpulan data dalam komunikasi yang didapatkan secara langsung dari keluarga dan Tim Kesehatan Observasi Observasi teknik pengumpulan data melalui pengamatan dan Pemeriksaan keadaan keluarga secara Head To Toe. Studi Kepustakaan Literatur tehnik yang dapat melalui referensi Sumber untuk mendapatkan keterangan secara tertulis berkaitan dengan kasus yang disajikan langsung sesuai kondisi yang objektif E. Manfaat Penelitian Bagi Penulis Menambah pengetahuan khususnya dalam menangani masalah keperawatan dan menerapkan Asuhan Keperawatan keluarga dengan Kasus Asthma Bronchial. Bagi Keluarga Yang Diteliti Menambah informasi dan pengetahuan kepada Keluarga Tentang Penyakit Asthma Bronchial sehingga di harapkan dapat meningkatkan kesadaran keluarga untuk memantau dan memeriksakan kesehatannya. Bagi Puskesmas Menjadi Bahan Informasi Bagi wilayah kerja Puskesmas Galang Kabupaten Tolitoli dalam meningkatkan promosi kesehatan keluarga mengenai penyakit Asthma Bronchial. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penyakit Asthma Bronchial 1. Pengertian Asthma Adalah penyakit jalan napas obstruktif intermiten, Reversibel dimana Trakea dan Bronki berespons dalam secara Hiperaktif terhadap Stimuli tertentu. Asthma dimanisfestasikan dengan penyempitan jalan napas, yang mengakibatkan Dispnea, Batuk, dan Mengi. Tingkat Penyempitan jalan nafas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Asthma berbeda dari penyakit paru Obstruktif dalam hal bahwa Asthma adalah proses Reversibel. Eksaserbasi akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam, diselingi oleh periode bebas gejala. Brunner dan Asthma merupakan gangguan Inflamasi Kronik jalan napas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah Hiperaktifitas Bronkus dalam berbagai tingkat. Obstruktif jalan nafas dan gejala pernapasan mengi dan sesak. Obstruksi jalan napas umumnya bersifat Reversibel. Arief Mansjoer. 1991 Asthma Adalah mengi berulang dan/atau batuk persisten dalam keadaan dimana Asthma adalah yang paling mungkin, sedangkan sebab lain yang lebih jarang telah disingkirkan. Arief 2. Etiologi Sampai saat ini Etiologi Asthma Bronchial belum diketahui dengan pasti namun suatu hal yang sering kali terjadi pada semua panderita Asthma Adalah FenomenaI Hiperaktivitas Bronkus penderita Asthma sangat peka terhadap rangsangan Imunologi maupun Nonimunologi karna sifat tersebut maka rangsangan Asthma bisa terjadi akibat berbagai rangsangan baik fisik, metabolisme kimia. Alergen, infeksi dan sebagainya. Faktor penyebab yang sering menimbulkan Asthma perlu diketahui dan dapat mungkin dihindarkan factor-faktor tersebut adalah Alergen Utama debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan. Iritasi seperti asap, bau-bauan dan polutan Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus Perubahan cuaca yang ekstrim Aktifitas fisik yang berlebihan Lingkungan kerja Obat-obatan Emosi dan Lain-lain seperti Refleks. Belum diketahui, Faktor pencetus adalah allergen, infeksi terutama saluran napas bagian atas iritan, cuaca , kegiatan Jasmani, Refluks Gastroesofagus dan Psikis. Arief 3. Manifestasi Klisnis Gejala yang timbul biasanya berhubungan dengan beratnya derajat Hiperaktivitas Bronkus. Obstruksi jalan nafas dapat Reversibel secara spontan maupun dengan pengobatan. Gejala-gejala Asthma antara lain Bising Mengi wheezing yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop Batuk Produktif, sering pada malam hari. Napas atau dada seperti tertekan Sesak Napas Arief 4. Derajat Berat Asthma Tabel 1. Derajat Berat Asthma Ringan Sedang Berat Status Asmmatikus Meningkat Normal Sampai hipoksemia ringan menurun sampai normal Hipoksemia Hipoksemia Berat Menurun Alkalosis Meningkat Peningkatan Jelas Alkalosis Alkalosis Asidosis Sumber Data Irman Somantri 5. Jenis-jenis Asthma Asthma sering dicirikan sebagai Alergi, Idiopatik, Nonalergi atau Gabungan a Asthma Alergik disebabkan oleh alergen atau alergen-alergen yang dikenal misalnya serbuk sari, binatang, amarah, makanan dan jamur. Kebanyakan Alergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan Asthma Alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang Alergik dan riwayat medis masa lalu Eczema atau Rhinitis Alergik. b Asthma Idiopatik atau Nonalergik tidak berhubungan dengan Alergen Spesifik. Faktor-faktor, seperti Common cold, infeksi Traktus Respiratorius, latihan, emosi dan Polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agens Farmakologi, seperti Aspirin dan Agens Anti Inflamasi Nonsteroid lain, pewarna rambut, Antagonis Beta-Adrenergik dan Agens Sulfit pengawet makanan, juga mungkin menjadi Faktor. c Asthma Gabungan adalah bentuk Asthma yang paling umum. Asthma ini mempunyai karateristik dari bentuk Alergik maupun bentuk Idiopatik atau nonalergik. Brunner dan 6. Patofisiologi Asthma adalah Obstruksi jalan nafas Difus Reversibel. Obstruksi disebabkan oleh satu atau lebih dari yang berikut ini Kontraksi Otot-otot yang mengelilingi bronki, yang penyempitan jalan nafas Pembengkakan membran yang melapisi bronki. Pengisian Bronki dengan Mucus yang kental. Selain itu, otot-otot Bronchial dan Kelenjar Mukosa membesar; Sputum yang kental, banyak dihasilkan dan Alveoli menjadi hiperinflasi, dengan udara terperangkap di dalam jaringan paru. Mekanisme yang pasti dari perubahan ini tidak diketahui, tetapi apa yang paling diketahui adalah keterlibatan sistem imunologis dan sistem saraf Otonom. Beberapa individu dengan Asthma mengalami respons Imun yang buruk terhadap lingkungan mereka. Antibodi yang dihasilkan kemudian menyerang sel-sel mast dalam paru . Pemajanan ulang terhadap Antigen mengkibatkan Ikatan Antigen dengan Antibodi, menyebabkan pelepasan produk sel-sel mast disebut Mediator seperti Histamin, Bradikinin, dan Prostaglandin serta Anafilaksis dari Substansi yang bereaksi lambat. Pelepasan mediator ini dalam jaringan paru mempengaruhi otot polos dan kelenjar jalan napas, menyebabkan Bronkospasme, pembengkakan membran mukosa, dan pembentukan mucus yang sangat banyak. Sistem Saraf Otonom mempersarafi paru. Tonus otot Bronchial diatur oleh Impuls Saraf Vagal melalui sistem parasimpatis. Pada Asthma Idiopatik atau Nonalergi, ketika ujung saraf pada jalan napas dirangsang oleh faktor seperti infeksi, latihan, dingin, merokok, emosi, dan Polutan, jumlah Asetilkolin yang dilepaskan meningkat. Pelepasan Asetilkolin ini secara langsung menyebabkan Bronkokonstriksi juga merangsang pembentukan mediator kimiawi yang dibahas di atas. Individu dengan Asthma dapat mempunyai toleransi rendah terhadap respons parasimpatis. Brunner Dan 7. Komplikasi Adapun Komplikasi penyakit Asthma Bronchial yang mungkin timbul adalah 1 Atelektasis pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyumbatan saluran udara atau akibat pernafasan yang sangat dangkal 2 Pneumothoraks terdapatnya udara pada rongga pleura yang menyebabkan kolapsnya paru. 3 Gagal nafas ketidak mampuan sistem untuk mempertahankan oksigenasi darah normal PaO2 eliminasi karbon dioksida 4 Bronkhitis atau radang paru-paru Kondisi di mana lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil bronchiolis mengalami bengkak. 5 Emfisema penyakit saluran pernafasan yang berdiri sesak nafas terus menerus yang menghebat pada waktu pengeluaran tenaga dan sering kali dengan perasaan letih atau baha latinnya paru-paru basah 6 Hipoksemia tubuh kekurangan oksigen Arief 8. Pemeriksaan Diagnosis Diagnosis Asthma berdasarkan Anamnesis Riwayat Perjalanan Penyakit, Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Asthma, riwayat keluarga dan riwayat adanya alergi, serta gejala klinis. Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Laboratorium Darah terutama eosinofil Sputum Eosinofil, spiral Curshman, Kristal Charcot-leyden Tes Fungsi Paru dengan Spirometri atau Peak Flow Meter untuk menentukan adanya Obstruksi Jalan napas. Arief 9. Penatalaksanaan Prinsip Umum Pengobatan Asthma Bronchial Menghilangkan Obstruksi Jalan Nafas dengan segera Mengenal dan menghidari Faktor-faktor yang mencetuskan serangan Asthma. Memberikan Penerangan kepada Penderita ataupun Keluarganya mengenai Penyakit Asthma, baik Pengobatannya maupun tentang perjalanan Penyakitnya sehingga Penderita mengerti Tujuan Pengobatan yang diberikan dan bekerja sama dengan Dokter atau Perawat yang merawat. 1 Pemberian Penyuluhan 2 Menghindari Faktor Pencetus 3 Pemberian Cairan 4 Beri O2 bila perlu 10. Pengobatan Pengobatan Farmakologik Bronkodilator Obat Yang melebarkan Saluran Nafas. Terbagi dalam 2 golongan yaitu Simptomatik / Andrenergik Adrenalin Dan Efedrin Dan Nama Obat 1 Orsiprenalin Alupent 2 Fenoterol Berotec Santin Teofilin Nama Obat Yaitu 1 Aminofilin Amican Supp 2 Aminofilin Euphilin Retard 3 Teofilin Amilex Efek Dari Teofilin sama dengan obat golongan Simptomatik tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan Efeknya saling memperkuat cara pemakaian Bentuk suntikan Teofilin/Aminofilin dipakai pada serangan Asthma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaliknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal ini tidak dapat minum Teofilin Misalnya muntah atau lambungnya kering c. Kromalin Kromalin bukan Bronkodilator tetapi merupakan obat pencegahan serangan Asthma. Manfaatnya adalah untuk penderita Asthma Yang dihirup Ventolin Diskhaler Dan BricAsthma Turbuhaler atau Cairan Bronkodilator Alupent, Berotec, BrivAsthma serta Ventolin yang oleh alat khusus diubah menjadi Aerosol Partikel-partikel yang sangat halus untuk selanjutnya dihirup. d. Ketofelin Mempunyai Efek pencegahan terhadap Asthma seperti Kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1 mg / hari. Keuntungan obat ini adalah dapat diberikan secara oral. 11. Pencegahan Pasien dengan Asthma Kambuhan harus menjalani pemeriksaan Mengidentifikasi subtansi yang mencetuskan terjadinya Serangan, penyebab yang mungkin dapat saja bantal, kasur, pakaian jenis tertentu, hewan pemeliharaan, kuda, Detergen, sabun, makanan tertentu, jamur dan serbuk sari, jika serangan berkaitan dengan musim, maka serbuk sari dapat menjadi dugaan kuat, upaya harus di buat bentuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan. Brunner dan Suddarth 1999. B. Tinjauan Tentang Keluarga 1. Pengertian Menurut Departemen Kesehatan RI 1988, Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Santun Setiawati,2008 Menurut Helvie 1981, Keluarga Adalah sekolompok manusia yang tinggal dalam satu rumah tangga dalam kedekatan yang konsisten dan hubungan yang erat. Menurut Friedman 1998, Keluarga Adalah Kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang bagian dari keluarga. Suprajitno, 2. Tipe Keluarga Pembagian tipe keluarga bergantung pada konteks keilmuan dan orang yang mengelompokkan. Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi 2 yaitu Keluarga Inti Nuclear Family adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu, dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya. Keluarga Besar Extended Family adalah keluarga ini bertambah Anggota keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah Kakek-nenek, paman- Bibi. Suprajitno, 3. Tahap Perkembangan Keluarga Perawat keluarga perlu mengetahui tentang tahapan dan tugas perkembangan keluarga, untuk memberikan pedoman dalam menganalisis pertumbuhan dan kebutuhan promosi kesehatan keluarga serta untuk memberikan dukungan pada keluarga untuk kemajuan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Tahap perkembangan keluarga Menurut Duvall Dan Miller 1985; Carter dan Mc Goldrick 1988, mempunyai tugas perkembangan yang berbeda seperti a. Keluarga pemula Atau Pemasangan baru Berganning Family Pasangan Baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan keluarga Pemula antara lain membina hubungan intim yang memuaskan, menetapkan tujuan bersama, membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial, persiapan menjadi orang tua, b. Keluarga sedang mengasuh anak Anak tertua bayi sampai umur 30 bulan Child Bearing Tugas Keluarga ini Adalah adaptasi perubahan anggota keluarga peran, Interaksi, Seksual dan kegiatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan, Menata ruang untuk anak, Biaya/Dana, dan mengadakan kebiasaan keagaamaan secara rutin. c. Keluarga Dengan anak usia prasekolah anak tertua berumur 2-6 tahun Tugas Perkembangan keluarga saat ini adalah Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi, beradaptasi dengan anak baru lahir, anak yang lain juga terpenuhi, pembagian waktu, individu, pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab. Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah Anak tertua Usia 6-13 tahun. Tugas Perkembangan keluarga Pada Tahap ini Adalah Mensosialisasikan anak termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan dengan teman sebaya, membiasakan belajar teratur, memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas sekolah. Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom. 2011 e. Keluarga Dengan Anak Remaja anak Tertua Umur 13-20 Tahun Menurut Duvall Pada tahap Ini tahap yang paling rawan, karena dalam tahap ini anak akan mencari identitas diri dalam membentuk kepribadiaanya, oleh karena itu suri tauladan dari kedua orang tua sangat diperlukan. Komunikasi dan saling pengertian antara kedua orang tua dengan anak perlu dipelihara dan dikembangkan. Drs. Nasrul f. Keluarga Yang melepas anak usia dewasa muda mencakup anak pertama sampai anak terakhir yang meninggalkan rumah Tugas Perkembangan Keluarga memperluaskan keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan Intim, berperan Suami-istri kakek dan nenek, membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru dimasyarkat. Setiadi, 2008 g. Keluarga Orang Tua usia pertengahan Middle Age Family Tugas Perkembangan Pada Tahap Ini Menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dan arti para orang tua dan lansia, memperkokoh hubungan perkawinan dan merencanakan kegiatan yang akan datang, tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak. Ns. Komang Ayu Henny Achjar, SKM, MKep, SpKom. 2010 h. Keluarga Dalam Masa Pensiun Dan Lansia. Tugas Perkembangan pada Tahap ini adalah Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian, penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup, mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat, dan melakukan Life Review masa lalu. Setiadi,2008 4. Struktur Keluarga Struktur Keluarga menggambarkan bagaimana keluarga melaksanakan fungsi keluarga melaksanakan fungsi keluarga dimasyarakat. Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam diantaranya adalah 1. Patrineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah. 2. Matrilineal Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari anak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu. 3. Matrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga 4. Patrilokal Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami 5. Keluarga Kawin Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga, dan beberapa anak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanyan hubungan dengan suami atau istri. 5. Fungsi Pokok Keluarga Ada Beberapa fungsi yang dijalankan keluarga sebagai berikut 1. Fungsi Afektif Menurut Friedman 1998, fungsi Afektif adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. 2. Fungsi Biologis Adalah Untuk meneruskan keturunan, Memelihara dan membesarkan anak, Memenuhi kebutuhan gizi keluarga, Memelihara dan merawat anggota keluarga. Setiadi. 2008 3. Fungsi Psikologis Memberikan kasih sayang dan rasa aman, Memberikan perhatian diantara anggota keluarga, Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga, Memberikan identitas keluarga. Drs. Nasrul 4. Fungsi Sosialisasi Fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar. Santun Setiawati. 2008 5. Fungsi Ekonomi Adalah Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Pengaturan pengunaan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, Menabung Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga dimasa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak jaminan hari tua dan sebagainya. 6. Fungsi Pendidikan Adalah Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya, Mempersiapkan Anak untuk kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi peranannya sebagai orang dewasa, Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya. Drs. Nasrul 7. Keluarga Sebagai Sistem Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan beberapa bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantung satu dengan yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut Keluarga mempunyai subsistem Anggota, fungsi, peran, aturan, budaya dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem. Merupakan unit bagian terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi supra-sistemnya. 6. Tugas Keluarga Dalam Bidang kesehatan Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, meliputi a. Mengenal Masalah Kesehatan Keluarga. Keluarga merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak akan berarti dan karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana karena kesehatanlah kadang seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Perubahan sekecil perubahan yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung menjadi perhatian orang tua/keluarga. Apabila menyadari adanya perubahan keluarga, perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan beberapa besar perubahannya. b. Memutuskan Tindakan Kesehatan Yang Tepat Bagi Keluarga Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan yang tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Merawat Keluarga Yang Mengalami Gangguan Kesehatan Sering kali keluarga telah mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan yang telah diketahui oleh keluarga sendiri. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan agar masalah yang lebih parah tidak terjadi. Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan Keluarga. Memanfaatkan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Di Sekitranya Bagi Keluarga. Suprajitno, 7. Ketidakmampuan Keluarga dalam Melaksanakan Tugas-tugas Kesehatan dan keperawatan. Tugas Keluarga merupakan Pengumpulan data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan. Asuhan keperawatan keluarga, mencantumkan lima tugas keluarga sebagai paparan sebagai Etiologi/Penyebab masalah dan biasanya dikaji pada saat penjajakan tahap II. Bila ditemui data maladaptive pada keluarga lima tugas keluarga yang dimaksud adalah Ketidaksanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga, disebabkan karena Kurang pengetahuan/ketidaktahuan fakta Rasa takut akibat masalah yang diketahui Sikap dan falsafah hidup. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah. Masalah Kesehatan tidak begitu menonjol Keluarga Tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan dan kurangnya sumber daya keluarga. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan Ketidakcocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga Tidak tahu tentang fasilitas kesehatan yang ada Takut dari akibat tindakan, Sikap negatif terhadap masalah kesehatan, Fasilitas kesehatan tidak terjangkau Kurang percaya terhadap petugas dan lembaga kesehatan Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan. Ketidakmampuan merawat anggota keluarga yang sakit, disebabkan karena Tidak mengetahui keadaan penyakit misalnya, sifat, penyebab, penyebaran, perjalanan penyakit, gejala dan perawatannya serta pertumbuhan dan perkembangan anak. Tidak mengetahui tentang perkembangan perawatan yang dibutuhkan Kurang/tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan Tidak seimbang sumber-sumber yang ada dalam keluarga, misalnya keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawab, fasilitas fisik untuk perawatan. Sikap negative terhadap yang sakit Konflik individu dalam keluarga Sikap dan pandangan hidup Perilaku yang mementingkan diri sendiri Ketidaksanggupan memelihara lingkungan rumah yang dapat mempergaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota keluarga. Disebabkan karena 1 Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung jawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat 2 Kurang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan rumah 3 Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan, Konflik personal dalam keluarga 4 Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit 5 Sikap dan pandangan hidup 6 Ketidakkompakkan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak ada kesepakatan, acuh terhadap anggota keluarga yang mempunyai masalah. Ketidakmampuan menggunakan sumber dimasyarakat guna memelihara kesehatan, disebabkan karena Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada, Tidak memahami keuntungan yang diperoleh Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan Rasa takut pada akibat dari tindakan, Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan, Tidak adanya fasilitas yang diperlukan, Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat, Sikap dan falsafah hidup, Drs. Nasrul Efiendy,1998 C. Asuhan Keperawatan Keluarga 1. Pengkajian Pengkajian Suatu tahapan ketika seorang perawat mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Suprajitno, Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, di mana pengkaji menggambarkan kondisi/situasi klien sebelumnya dan saat ini sehingga informasi tersebut bisa digunakan untuk memprediksi dimasa yang akan datang. Santun Setiawati 2. Tahap-tahap Pengkajian Untuk mempermudah perawat keluarga saat melakukan pengkajian, dipergunakan istilah penjajakan. Penjajakan I Data-data yang dikumpulkan pada penjajakan I antara lain Data Umum, Riwayat tahapan perkembangan, Lingkungan, Struktur Keluarga, Fungsi Keluarga, Strees dan koping keluarga, Harapan keluarga, Data tambahan, Pemeriksaan Fisik Dari hasil pengumpulan data tersebut maka akan dapat didentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi keluarga. Contoh Anggota Keluarga dengan masalah kesehatan sistem pencernaan, Anggota keluarga dengan masalah kesehatan sistem Pernafasan, Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Cairan elektrolit, Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Kehamilan resiko Tinggi, Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Malnutrisi Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Hipertensi Anggota keluarga dengan masalah kesehatan Penyakit Kronik Penjajakan II Pengkajian yang tergolong dalam penjajakan II diantaranya pengumpulan data-data yang berkaitan dengan ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah kesehatan sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan keluarga. Adapun ketidakmampuan keluarga dalam menghadapi masalah diantaranya Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, Ketidakmampuan keluarga Mengambil keputusan, Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga, Ketidakmampuan keluarga memodifikasi Lingkungan Dan Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan Fasilitas kesehatan. Santun Setiwati,2008 3. Diagnosa Keperawatan Keluarga Diagnosa Keperawatan keluarga merupakan kumpulan pernyataan, uraian dari hasil wawancara, pengamatan langsung dan pengukuran dengan menunjukkan status kesehatan mulai dari potensial, resiko tinggi, sampai masalah aktual. Santun Setiawati 2008 4. Analisa Data Setelah data terkumpul Dalam Format Pengkajian maka selanjutnya dilakukan analisa data yaitu mengaitkan data dan menghubungkan dengan konsep teori dan prinsip yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga. Cara Analisa Data Adalah Validasi data yaitu meneliti kembali data yang terkumpul dalam format pengkajian. Mengelompokan Data berdasarkan kebutuhan Bio, Psiko, Sosial Dan Spiritual. Membandingkan Dengan Standart Membuat Kesimpulan tentang kesenjangan yang ditemukan. 5. Perumusan Masalah Rumusan masalah kesehatan keluarga dappat menggambarkan keadaan kesehatan dan status kesehatan keluarga, karena merupakan hasil dari pemikiran dan pertimbangan yang mendalam tentang situasi kesehatan lingkungan, norma, nilai, kultur yang dianut oleh keluarga tersebut . Drs. Narsul a. Masalah Problem Adalah istilah yang digunakan untuk mendefinisikan masalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar keluarga dan anggota keluarga yang di dentifikasi oleh perawat melalui pengkajian tujuan penulisan pernyataan masalah adalah menjelaskan status kesehatan atau masalah kesehatan keluarga secara jelas dan sesingkat mungkin daftar diagnosa keperawatan keluarga berdasarkan NANDA 1995 adalah sebagai berikut Diagnosa Keperawatan Keluarga pada masalah lingkungan a Resiko terhadap cidera b Resiko terjadi infeksi Penularan Penyakit c Kerusakan Penatalaksanaan pemeliharaan rumah Higienis lingkungan Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah struktur peran komunikasi keluarga Disfungsional Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah struktur peran a Isolasi Social b Kerusakan Penatalaksanaan Pemeliharaan Rumah Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif a Perubahan proses keluarga b Perubahan menjadi orang tua c Koping keluarga tidak efektif ketadkmampuan Diagnosa keperawatan Keluarga pada masalah fungsi social a Konflik peran orang tua b Kurang pengetahuan Diagnosa keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawatan kesehatan a Perubahan pemeliharaan kesehatan b Potensial peningkatan pemeliharaan kesehatan Diagnosa Keperawatan keluarga pada masalah koping a Koping keluarga tidak efektif menurun b Koping keluarga tidak efektif ketidakmampuan c Resiko terhadap tindakan kekerasan b. Penyebab Etiologi Dikeperawatan keluarga etiologi ini mengacu kepada 5 tugas keluarga yaitu Mengenai Masalah kesehatan setiap anggotanya Mengambil keputusan untuk tindakan yang tepat Memberikan keperawatan dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga. c. Tanda Sign Tanda dan gejala adalah sekumpulan data subjektif dan objektif yang diperoleh perawat dari keluarga yang mendukung masalah dan penyebab perawat hanya boleh mendokumentasikan tanda dan gejala yang paling signifikan perumusan diagnosis keperawatan keluarga sama dengan diagnosa diklinik yang dapat dibedakan menjadi 5 lima kategori yaitu 1 Aktual terjadi deficit/gangguan kesehatan Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai data yang ditemukan yaitu dengan ciri dari pengkajian didapatkan tanda dan gejala dari gangguan kesehatan. Diagnosa keperawatan aktual memiliki tiga komponen diantaranya adalah problem etiologi dan simpton. Problem yang mengacu pada permasalahan yang dihadapi klien contoh problem perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita anak M Keluarga bapak T Etiologi Faktor yang berhubungan merupakan etiologi atau Faktor penyebab yang dapat mempengaruhi perubahan status kesehatan Faktor ini mengacu pada 5 tugas keluarga contoh. Etiologi berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan nutrisi Simpton Batasan Karateristik yang mengacu pada petunjuk klinis tanda subjektif dan objektif jadi syarat diagnosa aktual adalah harus ada PES Problem + Etiologi+Sympton Contoh Diagnosa Aktual a Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan pada balita anak M keluarga bapak T. Berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan gangguan nutrisi. b Bersihan jalan nafas tidak efektif pada ibu T berhubungan dengan kurangnya kemampuan keluarga bapak T merawat anggota keluarga yang sakit. 2 Resiko Ancaman Kesehatan Diagnosa keperawatan resiko memiliki dua komponen diantaranya adalah problem dan etiologi ciri diagnosa resiko adalah sudah ada data yang menunjang namun belum terjadi gangguan contoh Resiko Terjadi konflik pada keluarga bapak T berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah komunikasi dalam keluarga. Resiko tinggi terhadap penularan TBC Paru pada anggota keluarga yang lain yang berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal gangguan kesehatan setiap anggotannya. 3 Wellnes Keadaan Sejahtera Adalah keputusan klinik tentang kesehatan keluarga dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ke tingkat sejahtera yang lebih tinggi sehingga kesehatan keluarga dapat ditingkatkan Contoh pernyataan diagnosa keperawatan sejahteraan Prilaku mencari bantuan kesehatan yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang peran sebagai orang baru Linda Jual Carpenito, 1995 Potensial terjadi peningkatan kesejahteraan pada ibu hamil ibu N keluarga Bapak F. Potensial peningkatan status kesehatan pada bayi keluarga Bapak x. 4 Sindrom Adalah Diagnosa yang terdiri dari kelompok diagnosa actual dan resiko tinggi yang diperkirakan akan muncul karena suatu kejadian/situasi tertentu menurut NANDA ada 2 diagnosa yaitu Syndrom trauma Pemerkosaan Rape Trauma Syndrome pada kelompok ini menunjukkan adanya tanda dan gejala Misalnya cemas, Takut, sedih, gangguan istirahat dan tidur dan lain-lain. Resiko Sindrom penyalahgunaan Risk For Dijuse Syndrome Misalnya Resiko gangguan proses fikir, resiko gangguan gambaran diri dan lain-lain 6. Perioritas Diagnosa Keperawatan yang ditemukan Tahap berikutnya setelah ditetapkan rumusan masalahnya adalah memprioritaskan masalah sesuai dengan keadaan keluarga karena dalam suatu keluarga perawat dapat menemukan lebih dari satu diagnosa keperawatan. Untuk menentukan prioritas terhadap diagnosa keperawatan keluarga yang ditemukan di hitung dengan menggunakan skala prioritas skala Baylon dan Maglaya sebagai Berikut Tentukan Skor untuk tiap Kriteria Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikalikan dengan bobot Jumlahkan skor untuk semua criteria Skor Tertinggi adalah 5 dan sama untuk seluruh bobot Tabel 2. Skala Boylon dan Malgaya 1978 No Kriteria Skor Bobot 1 Sifat masalah Skala Tidak / kurang sehat Ancaman kesehatan Keadaan sejahtra 3 2 1 1 2 Kemungkinan masalah dapat Skala Mudah Sebagian Tidak dapat 2 1 0 2 3 Potensial masalah untuk di cegah Skala tinggi Cukup Rendah 3 2 1 1 4 Menonjol masalah Skala masalah berat, harus segera di ganti ada masalah, tetap tidak perlu di ganti masalah tidak di rasakan. 2 1 0 1 Sumber data Aplikasi dalam Praktik Suprajitno 2004 Penentuan Perioritas sesuai dengan Kreteria skala Kriteria I Yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat yaitu tidak/kurang sehat karena memerlukan tindakan segera dan disadari dan dirasakan oleh keluarga untuk mengetahui sifat masalah ini mengacu pada tipologi masalah kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar yaitu a Kurang/Tidak Sehat Nilai 3 Yaitu keadaan yang memungkinkan keadaan terjadinya penyakit, kecelakaan dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Keadaan yang disebut dalam ancaman kesehatan antara lain adalah Penyakit keturunan, seperti Asthma, Diabetes Melitus dan sebagainya Anggota Keluarga ada yang menderita penyakit menular, seperti TBC, Gonore, Hepatitis dan sebagainya. Jumlah anggota terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan sumber daya keluarga Resiko terjadi kecelakaan seperti tangga rumah terlalu curam, benda tajam diletakkan disembarangan tempat. Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga. Keadaan yang menimbulkan strees, antara lain Hubungan keluarga tidak harmonis, Hubungan orang tua dan anak yang tegang, Orang tua yang tidak dewasa Sanitasi Lingkungan Ventilasi kurang baik, Sumber air Minum tidak memenuhi syarat, Polusi udara, Tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat Kebiasaan Yang merugikan kesehatan Riwayat Persalinan Sulit b Kurang / Tidak Sehat Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan Keadaan sakit sesudah atau sebelum didiagnosa Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak sesuai dengan pertumbuhan normal. c Situasi Krisis Perkawinan, Kehamilan, Persalinan, Masa nifas, Menjadi orang tua, Abortus, Anak remaja, Anak masuk sekolah, Kehilangan pekerjaan, Kematian Anggota keluarga Kreteria II yaitu kemungkinan masalah dapat diubah. Perhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai berikut a Pengetahuan Yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah b Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga c Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan keterampilan dan waktu. d Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam masyarakat dan sokongan masyarakat. Kreteria III yaitu Potensial masalah yang dapat dicegah Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah a Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit masalah b Lamanya masalah yang berhubungan dengan jangka waktu masalah itu ada. c Adanya Kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka menambah potensi untuk mencegah masalah. Kreteria IV, menonjolnya Masalah Perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut. Prioritas didasarkan pada diagnosa keperawatan yang mempunyai skor tertinggi dan didusun berurutan sampai skor terendah. 7. Perencanaan Keperawatan Keluarga Perencanaan adalah bagian dari fase perorganisasian dalam proses keperawatan keluarga yang meliputi penentuan tujuan Perawatan jangka Panjang/Pendek, penetapan standart dan kreteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga. Penetapan Tujuan Adalah hasil yang ingin dicapai untuk mengatasi masalah diagnosa keperawatan keluarga. Bila dilihat dari sudut jangka waktu, maka tujuan perawatan keluarga dapat dibagi menjadi Tujuan Jangka Panjang Menekankan pada perubahan perilaku dan mengarah kepada kemampuan mandiri. Dan lebih baik ada batas waktunya, misalnya dalam waktu 2 hari. Pencatuman jangka waktu ini adalah untuk mengarahkan evaluasi pencapaian pada waktu yang telah ditentukan sebelumnya. Contoh Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 2 hari seluruh keluarga Bapak Jumain dapat merawat anggota keluarga yang sakit dan dapat mencegah penularan penyakit. Tujuan Jangka pendek Ditekankan pada keadaan yang bisa dicapai setiap harinya yang dihubungkan dengan keadaan yang mengacam kehidupan. Contoh a Keluarga Bapak Jumain Dapat mengenal Dampak permasalahan penyakit Ibu Romlah dengan menjelaskan akibat yang terjadi bila penyakit Ibu Romlah Tidak segera Diobati. b Bayi Yang belum Diimunisasi dari keluarga tersebut harus segera diberi imunisasi BCG, DPT, dan Polio. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan tujuan keperawatan adalah a Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan b Merupakan Hasil akhir yang ingin dicapai c Harus objektif atau merupakan tujuan operasional langsung dari kedua belah pihak keluarga dan perawat d Mencakup criteria keberhasilan sebagai dasar Evaluasi. Penetapan Kriteria Dan Standar Merupakan Standart evaluasi yang merupakan gambaran tentang factor-faktor yang dapat member petunjuk bahwa tujuan telah tercapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan bentuk dari standar dan Kriteria ini adalah penyataan Verbal Pengetahuan, Sikap, Dan Psikomotor Tabel 3. Penetapan Kriteria Dan Standar No Kriteria Standar 1 Pengetahuan Keluarga Mampu menyatakan pengertian Asthma secara umum Keluarga Mampu menyebutkan jenis makanan atau buah-buahan yang dapat membantu proses penyembuhan kulit. Keluarga dapat menyebutkan akibat jika tidak diobati Keluarga mampu memutuskan untuk membuat rencana control setiap bulan puskesmas 2 Sikap Keluarga mampu memutuskan untuk membuat rencana control setiap 1 bulan sekali kepuskesmas 3 Psikimotor Keluarga bisa menyediakan buah buahan yang banyak mengandung Vitamin C. Sumber Setiadi 2008 8. Pembuatan Rencana Keperawatan Intervensi Keperawatan adalah suatu tindakan langsung kepada keluarga yang dilaksanakan oleh perawat yang ditujukan kepada kegiatan yang berhubungan dengan promosi mempertahankan dalam menentukan rencana tindakan adalah Sebelum menulis cek sumber Informasi data. Buat rencana keperawatan yang mudah dimengerti Tuliskan harus jelek, spesifik dapat diukur dan Kriteria hasil sesuai dengan indentifikasi masalah. Memulai instruksi keperawatan harus menggunakan kata kerja. Gunakan pena tinta dalkam menulis untuk mencegah penghapusan tulisan atau tidak jelasnya tulisan. Menggunakan kata kerja rencana kegiatan harus secara jelas menjabarkan setiap kegaiatan sehingga perlu menggunakan kata kerja yang mudah misalnya ajarkan cara perawatan luka Menetapkan teknik dan prosedur keperawatan yang akan digunakan. Melibatkan keluarga dalam menyusun rencana tindakan Mempertimbangkan latar belakang budaya dan agama, lingkungan sumber daya dan fasilitas yang tersedia. Memperhatikan kebijaksanaan dan peraturan yang berlaku. Rencana tindakan disesuaikan dengan seberapa daya dan dana yang dimiliki oleh keluarga dan mengarah kemandirian sehingga tingkat ketergantungan dapat diminimalisasikan focus dari intervensi keperawatan keluarga antara lain meliputi kegiatan yang bertujuan 1 Menstimulasi kesadarn atau penerima keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara Memberi informasi yang tepat Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan keluarga tentang kesehatan. Mendorong sikap emosi yang sehat yang mendukung upaya kesehatan masalah. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan keluarga yang tepat, dengan cara Mengidentifikasi Konsekwensi tidak melakukan tindakan Mengidentifikasi sumber-sumber yang memiliki keluarga Mendiskusikan tentang kosenkwensi tiap tindakan 2 Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota yang sakit dengan cara Mendemostrasikan cara perawatan Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah Mengawasi keluarga melakukan perawatan. 3 Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan memnjadi sehat dengan cara Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga. Melakukan perubahan lingkungan keluarga septimal mungkin 4 Memotivasi Keluarga untuk memanfaatkan Fasilitas kesehatan yang ada dengan cara Mengenalkan fasilitas kesehatan yang ada di lingkungan keluarga Membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada. Saat menyusun rencana intervensi sebaiknya perawat harus melibatkan keluarga secara katif untuk memudahkan pelaksanaan tindakan dan ini merupakan salah satu cara untuk menghormati dan menghargai keluarg. Efektifitas yang akan diperoleh perawat yaitu ada efek positif terhadap interaksi dengan keluarga karena keluarga tidak menentang, karena selalu dilibatkan sebelumnya, dan akhirnya keluarga cenderung bertanggung jawab. 9. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perecanaan pada tahap ini, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara Integrasi semua kesehatan yang menjadi tim perawatan kesehatan di rumah. Ada 3 tahap dalam tindakan keperawatan keluarga, Yaitu Tahap 1 Persiapan Persiapan ini meliputi kegiatan-kegiatan 1 Kontrak dengan keluarga Kapan dilaksanakan, beberapa lama waktunya, materi yang akan didiskusikan, siapa yang melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapatkan informasi 2 Mempersipkan peralatan yang diperlukan 3 Mempersiapkan lingkungan yang kondusif 4 Mengidentifikasi Aspek-aspek hukum dan etik Tahap 2 Intervensi Tindakan keperawatan keluarga berdasarkan kewenangan dan tanggung jawab perawat secara professional adalah Independent Adalah suatu kegiatan yang dilaksankan oleh perawat sesuai dengan kompetensi keperawatan tanpa petunjuk dan perintah dari tenaga kesehatan lainnya. Interdependent Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli gizi, fisioterapi dan dokter dan yang lainnya. Tahap 3 Dokumentasi Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat suatu kejadian dalam proses keperawatan. 10. Evaluasi Tahap Penilaian atau evaluasi Adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi disusun menggunakan SOAP secara operasional dengan tahapan dengan sumatif dilakukan selama proses asuhan keperawatan dan formatif yaitu dengan proses dan evaluasi akhir. D. Teori Pengkajian Pada Penderita Asthma Bronchial a. Persiapan Persiapan yang perlu dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut Siapkan peralatan seperti baju Periksa, selimut, Stetoskop, senter pena, dan penggaris. Cuci Tangan sebelum melakukan prosedur Jelaskan prosedur kepada pasien Anjurkan Pasien menanggalkan baju sampai pinggang dan mengenakan baju periksa Pastikan ruang periksa sukup terang dan hangat serta bebas dari gangguan lingkungan. b. Hal Yang perlu diperhatikan Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh perawat Adalah sebagai berikut Jaga privasi Pasien Pemeriksaan Harus terencana dengan baik untuk menghemat tenaga pasien Pasien mungkin akan batuk dan bersin selama pemeriksaan, maka gunakan universal precautions’. c. Langkah-langkah Pemeriksaan 1. Pengkajian Awal Pengkajian Awal yang perlu dilakukan sebagai berikut Lakukan Pengkajian cepat mengenai pasien untuk menentukan kemampuan pasien berpatisipasi dalam pemeriksaan. Inspeksi penampilan umum yang terlihat secara keseluruhan serta amati posisi tubuh pasien. Beri perhatikan khusus terhadap usaha bernapas, warna kulit wajah, ekspresi, bibir, otot-otot yang digunakan, dan pergerakan dada pada tiga bagian toraks Anterior, Posterior, Lateral. 2. Inspeksi Toraks Hal yang perlu dilakukan perawat saat inpeksi toraks adalah sebagai berikut Atur Posisi Pasien Pemeriksaan dimulai dengan memposisikan pasien pada posisi duduk dengan pakaian dibuka sampai pinggang. Inspeksi warna kulit Pastikan warna kulit dada anterior, posterior, dan lateral, konsisten dengan warna tubuh bagian tubuh lainnya. Tentukan kesimetrisan dada dan inspeksi struktur skeletal. Pemeriksa berdiri dibelakang pasien dan gambarkan garis imaginer sepanjang batas superior scapula dari akromion kanan sampai akromion kiri. 3. Palpasi Dada Toraks Posterior Palpasi dan hitung jumlah tulang rusuk dan sela interkostal 1 Minta pasien untuk fleksi leher menunduk, sampai processus spinalis cervical ke-7 akan terlihat 2 Bila pemeriksaan memindahkan tangan sedikit ke kiri dan kanan dari processus, pemeriksa akan merasakan tulang rusuk pertama 3 Hitung tulang rusuk dan sela interkostal dan tetap dekat pada garis vertebrae. Palpasi untuk melihat Tactile Fremitus’ Fremitus adalah vibrasi yang dirasakan di luar dinding dada saat pasien bicara. Vibrasi paling besar dirasakan di daerah saluran napas berdiameter besar Trachea dan hampir tidak ada pada Alveoli paru-paru. Auskultasi Toraks Posterior Prosedur Auskultasi Toraks posterior yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut Auskultasi Paru-paru a Auskultasi dilakukan dengan pola yang sama seperti yang digunakan pada perkusi Paru-paru b Mulai Auskultasi pada bagian apeks paru-paru kiri dan lanjutkan seperti pola perkusi. c Dengarkan pula suara-suara tambahan yang mendahului pada siklus inspirasi dan ekspirasi. Perkusi Toraks Prosedur perkusi toraks anterior yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai berikut Perkusi Daerah Paru-paru dengan pola yang teratur Mulailah perkusi pada daerah apeks dan lanjutan sampai setinggi diafragma Pastikan Jari-jari tangan yang tidak dominan berada pada celah interkostal sejajar dengan tulang rusuk Jika pasien wanita memiliki payudara yang besar, mintalah pasien untuk memindahkan payudaranya ke samping mengatur posisi selama prosedur ini. Irman BAB III Aplikasi Asuhan Keperawatan Keluarga A. Pengkajian 12 Juli 2012 1. Data Umum Nama Bapak L Umur 72 Tahun Jenis Kelamin Laki-Laki Agama Islam Pekerjaan Tani Pendidikan SR Sekolah Rakyat Alamat Desa Lalos Dusun Talamandu Suku / Bangsa Bugis/Indonesia Komposisi Keluarga Tabel 4. Komposisi Keluarga Struktur dan Peran setiap anggota Keluarga Bapak L yang di dapat saat kunjungan yang ke dua dapat dilihat pada tabel dibawah ini No Nama JK Umur Hub. dengan KK Pendidikan Pekerjaan Status Riwayat Imunisasi 1. Ibu M P 68 th Istri SR Urt Sehat 2. Ibu D P 30 th Anak SD Urt Sehat 3. Bapak R L 36 th Menantu SMP Swasta Sehat 4. Anak U L 10 th Cucu SD Pelajar Sehat Lengkap 5. Anak R L 9 th Cucu SD Pelajar Sehat Lengkap Genogram Keterangan Gambar A = Orang Tua klien B = Orang Tua dari istri C = Saudara klien D = Saudara dari istri klien E = Anak-anak Klien Laki-Laki Perempuan Klien Meninggal Tinggal Serumah Tipe Keluarga Keluarga Bapak L Adalah Tipe Keluarga Extended Family Keluarga Besar Suku Bangsa Semua anggota Keluarga bapak L berasal dari suku bugis, bahasa sehari-hari menggunakan bahasa bugis dan Indonesia Agama Semua anggota keluarga bapak H menganut agama islam. Status Sosial Ekonomi Menurut Bapak L penghasilannya tidak menetap, penghasilan keluarga ± untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Keluarga bapak L bergantung pada penghasilan Anak Bapak L, penghasilan di rasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, sehingga keluarga benar-benar mengatur pengeluarannya. Aktivitas Rekreasi Keluarga Bapak L Mengatakan “Bahwa mereka tidak pernah rekreasi, keluarga hanya menonton TV dirumah dan berkumpul bersama keluarga” Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga a Keluarga bapak L mempunyai anak delapan orang, yang sementara tinggal bersama bapak L Adalah Anak ke delapan. Anak Bapak L mempunyai Anak dua orang. Anak Pertama Yang berumur 10 tahun masih duduk dibangku SD, dan anak kedua berumur 9 tahun masih duduk dibangku SD. Keluarga ini termasuk dalam tahap perkembangan dengan Usia Lanjut. b Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi karena Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan. Suasana rumah Bapak L Khususnya Ruang Tamu Bapak L terasa kurang nyaman. Kondisi yang berdebu, barang-barang dan pakaian berantakan. Kondisi seperti ini tidak mendukung kesehatan keluarga. Riwayat Kesehatan Keluarga Riwayat Kesehatan Keluarga inti 1 Bapak L Bapak L Mengatakan “sudah menderita Asthma sejak 2 tahun yang lalu”. Gejala yang timbul berupa batuk berlendir, sesak nafas, Lemah, dan kekuatan fisik yang menurun. Bila terkena serangan asthma berat baru dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan obat batuk diwarung”. 2 Ibu M Ibu M bekerja sebagai ibu Rumah Tangga dan dalam keadaan sehat. Ibu M “Mengatakan Tidak pernah sakit ataupun menderita penyakit yang serius, dan tidak ada penyakit keturunan dan menular”. 3 Ibu D Ibu D bekerja sebagai Ibu Rumah Tangga dan dalam keadaan sehat. 4 Bapak R Bapak R bekerja sabagai Swasta dan dalam keadaan sehat. 5 Anak U Anak U sekarang bersekolah di SD dan dalam Keadaan sehat. 6 Anak Anak R sekarang bersekolah di SD dan Dalam Keadaan sehat. Riwayat Kesehatan Sebelumnya Bapak L “mengatakan tidak pernah sakit ataupun menderita penyakit menular yang serius, dan pihak keluarga Bapak L juga tidak memiliki penyakit yang sama dengan bapak L”, Ibu M dalam keadaan sehat, Ibu M juga “Mengatakan bahwa orang tuanya tidak pernah mengalami penyakit yang sama dengan Bapak L”. Keadaan Lingkungan Karakteristik Rumah Rumah Bapak L semi permanen dan milik sendiri Luas rumah yang di tempati kurang lebih 10 x 7 m2 Lebar 7, panjang 10, terdiri dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 dapur, dan wc yang menyatu dengan rumah, Bentuk bangunan rumah persegi panjang, lantai rumah terbuat dari karpet plastik dan penataan perabot rumah tangga tidak tertata dengan rapi, penerangan dan ventilasi <10% luas lantai, khususnya penerangan ventilasi dalam kamar tidak ada yang masuk, Pembuangan limbah hanya di buang dibelakang rumah. Dena Rumah Keluarga L Keterangan Gambar Kamar Tidur 1 Kamar Tidur 2 Kamar Tidur 3 Ruang Tamu Ruang makan Dapur Kamar Wc Pengolahan Sampah Keluarga Bapak L tidak mempunyai tempat pembuangan sampah yang terbuat dari kayu, namun cara pengelolaan sampah dengan cara dibakar dibelakang rumah. Sumber Air Minum Sumber air minum yang digunakan oleh Bapak L untuk memenuhi kebutuhan sehari hari seperti memasak, mencuci, dan mandi adalah air PDAM, sebelum diminum air dimasak terlebih dahulu. Jamban/WC Keluarga Bapak L memiliki WC dan kamar mandi, didalam rumah tipe WC yang digunakan jenis Leher Angsa. Saluran Pembuangan Air Limbah Keluarga Bapak L tidak mempunyai saluran pembuangan air. Aktivitas didalam rumah hanya dibuang dibelakang rumah. Sosial Karateristik tetangga Dan komunitas tempat tinggal Tetangga Bapak L semuanya ramah dan baik terhadap keluarga Bapak L Mobilitas Geograpi Keluarga Bapak L telah 30 tahun tinggal di Desa Lalos Dusun Talamandu, sejak menikah tidak pernah berpindah tempat. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Masyarakat Keluarga Bapak L dikenal baik oleh masyarakat setempat.. System Pendukung keluarga Rumah Keluarga Bapak L berdekatan dengan Puskesmas dan jika keluarga Bapak L ada yang sakit, keluarga membawanya ke Puskesmas terdekat. Struktur Keluarga Pola Komunikasi keluarga Pola Komunikasi yang digunakan oleh Bapak L adalah komunikasi tertutup, bahasa yang digunakan adalah bahasa indonesia kadang-kadang menggunakan bahasa bugis, jika ada masalah dalam keluarga Bapak L Komunikasi diselesaikan dengan musyawarah. Struktur kekuatan keluarga Dukungan dan motivasi yang kuat dari anggota keluarga dan ditanamkannya sikap saling menyayangi dan saling membantu sangat menunjang keluarga dalam menyelesaikan masalah kesehatan keluarga. Struktur Peran Peran Bapak L adalah mencari nafkah dan menghidupi seluruh anggota keluarga. Peran Ibu M adalah mengurus rumah tangga. Dan Anak Bapak L berperan sebagai Merawat dan Menjaga Anak-anaknya. Nilai Dan Norma Budaya Nilai dan norma yang berlaku dalam keluarga menyesuaikan dengan nilai agama islam dan norma yang berlaku dilingkungannya. Fungsi Keluarga Fungsi Afektif Bapak L sangat menyayangi cucu-cucunya dan sewaktu-waktu memberikan teguran apabila cucu-cucunya telah diperingatkan oleh Ibunya, Bapak L selalu mengajarkan kepada cucu-cucunya untuk saling memperhatikan dan saling menghormati dan menghargai satu sama lainnya. Fungsi Sosialisasi Interaksi antara sesama dalam keluarga Bapak L cukup baik, karena Bapak L dan Ibu M mengajarkan bagaimana cara berperilaku yang sesuai dengan ajaran agama islam dalam kehidupan sehari hari baik dalam rumah maupun dilingkungan tempat tinggal Fungsi Perawatan Kesehatan Mengenal Masalah Kesehatan Bapak L dan Ibu M sudah mengetahui bahwa penyakit yang diderita oleh bapak L adalah penyakit Asthma. Namun tidak begitu memahami tanda dan gejala, penyebab dan pemahaman keluarga terhadap masalah yang dihadapi Mengambil Keputusan Mengenai Tindakan Kesehatan Yang Tepat, Keluarga Bapak L cukup mengetahui tentang penyakit yang diderita Bapak L. sehingga keluarga memutuskan Bapak L di bawa ke Puskesmas. Merawat Anggota Yang Sakit Ibu M tidak begitu mengetahui dan paham cara merawat dan mengobati penyakit yang diderita suaminya Memodifikasi Lingkungan Rumah Yang Sehat Keluarga bapak L memahami bahwa Lingkungan sehat dan bersih dalam rumah dapat mencegah penyakit Bapak L. Menggunakan Fasilitas Pelayanan Kesehatan. Keluarga bapak L mengetahui ada tempat pelayanan kesehatan terdekat dari rumahnya PUSKESMAS, sehingga bila ada anggota keluarga yang sakit akan dibawa ketempat pelayanan kesehatan. Fungsi Ekonomi Ibu M mengatakan bahwa penghasilan suaminya belum cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Strees Dan Koping Keluarga Stressor Jangka Pendek Stress yang dirasakan ibu M adalah karena bapak L sakit-sakitan, penghasilannya sudah mulai berkurang sehingga ibu M cemas tidak ada lagi dana yang tersimpan untuk keluarga. Kemampuan Keluarga berespon terhadap situasi Bila ada anggota keluarga yang sakit, keluarga secepatnya dibawa ke Puskesmas. Strategi Koping yang digunakan Keluarga bapak L menerima keadaan ini apa adanya dan keluarga tetap memotivasi bapak L untuk tetap berobat agar penyakitnya segera sembuh. Dan melibatkan istrinya mengambil keputusan yang terbaik bagi keluarganya. Strategi Adaptasi Disfungsional Penyakit ini dialami sudah cukup lama, Bapak L Kalau Ada masalah, kadang-kadang diam dan tidak terbuka dan tidak mau dibicarakan kepada anaknya. Pemeriksaan Fisik Keluarga Tabel 5. Pemeriksaan Fisik Keluarga Pemeriksaan Fisik setiap Anggota Keluarga Bapak L yang didapat saat kunjungan ke-2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Pemeriksaan Fisik Tn. L Ny. M Ny. D Tn. R An. U Tanda-tanda Vital TD 130/80 mmhg ND 88 x/m RR 26 x/m SB 36,5 O C TD 120/70 mmhg ND 80 x/m RR 22 x/m SB 36 O C TD 110/80 mmhg ND 86 x/m RR 20 x/m SB 37 O C TD 120/80 mmhg ND 96 x/m RR 20 x/m SB 36 O C ND 88 x/m RR 20 x/m SB 36 O C Integument Kulit bersih, tidak ada benjolan Kulit bersih, tidak ada benjolan Kulit bersih, turgor kulit normal Kulit bersih, turgor kulit normal Kulit bersih, turgor kulit normal Kepala Rambut beruban, rambut lurus Rambut Beruban, Rambut Lurus Rambut Lurus, Rambut Hitam Kepala Normal, Rambut Lurus, Rambut Hitam Kepala Normal, Rambut Lurus, Rambut Hitam Wajah Wajah Nampak bersih, Tidak ada pembengkakan Wajah Nampak bersih, Tidak ada pembengkakan Wajah Nampak bersih, Tidak ada pembengkakan Wajah Nampak bersih, Tidak ada pembengkakan Wajah Nampak bersih, Tidak ada pembengkakan Mata Fungsi penglihatan baik, pergerakan bola Mata Kiri Dan Kanan simetris Fungsi penglihatan baik, pergerakan bola Mata Kiri Dan Kanan simetris Fungsi penglihatan baik, pergerakan bola Mata Kiri Dan Kanan simetris Fungsi penglihatan baik, pergerakan bola Mata Kiri Dan Kanan simetris Fungsi penglihatan baik, pergerakan bola Mata Kiri Dan Kanan simetris Hidung Lubang hidung Simetris kiri dan kanan, Fungsi Penciuman baik, Lubang hidung Simetris kiri dan kanan, Fungsi Penciuman baik, Lubang hidung Simetris kiri dan kanan, Fungsi Penciuman baik, Lubang hidung Simetris kiri dan kanan, Fungsi Penciuman baik, Lubang hidung Simetris kiri dan kanan, Fungsi Penciuman baik, Mulut Mukosa lembab, tidak kesulitan menelan Mukosa lembab, tidak kesulitan menelan Mukosa lembab, tidak kesulitan menelan Mukosa lembab, tidak kesulitan menelan Mukosa lembab, tidak kesulitan menelan Leher Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe Tidak ada benjolan, tidak ada pembesaran pada kelenjar limfe Tidak ada benjolan, Dada Frekuensi nafas 26x/menit, terdengar suara nafas tambahan suara mengi Bunyi Jantung Dan paru-paru Normal Bunyi Jantung Dan paru-paru Normal Bunyi Jantung Dan paru-paru Normal Bunyi Jantung Dan paru-paru Normal Tangan Kuku tangan bersih, kekuatan otot Normal, Tidak ada pembengkakan Kuku tangan bersih, kekuatan otot Normal, Tidak ada pembengkakan Kuku tangan bersih, kekuatan otot Normal, Tidak ada pembengkakan Kuku tangan bersih, kekuatan otot Normal, Tidak ada pembengkakan Kuku tangan bersih, kekuatan otot Normal, Kaki Kuku Kaki Nampak Bersih, kekuatan Otot Normal, Tidak Ada pembengkakan Kuku Kaki Nampak Bersih, kekuatan Otot Normal, Tidak Ada pembengkakan Kuku Kaki Nampak Bersih, kekuatan Otot Normal, Tidak Ada pembengkakan Kuku Kaki Nampak Bersih, kekuatan Otot Normal, Tidak Ada pembengkakan Kuku Kaki Nampak Bersih, kekuatan Otot Normal, Keadaan Umum 10. Harapan Keluarga Keluarga sangat mengharapkan bapak L agar cepat sembuh dari penyakitnya dan keluarga berharap kepada petugas kesehatan agar mampu memberikan pelayanan yang baik dan tepat pada siapa saja yang membutuhkan pelayanan kesehatan. B. Klasifikasi Data Data Subyek – Obyektif yang didapat pada Keluarga Bapak L saat Kunjungan 2 dapat dilihat pada tabel dibawah ini Tabel 6. Klasifikasi Data Data Subjektif Data Objektif Anak Bapak L “Mengatakan apabila musim dingin, Bapak L sering batuk berlendir dan sesak napas”, Sesak akan bertambah bila Melakukan aktifitas yang berlebihan dan terkena debu”. Bapak L juga “Mengatakan bahwa sudah 2 tahun menderita Asthma dan sering kumat-kumatan”. Keluarga Bapak L Tidak mempunyai Saluran pembuangan Air Limbah Bapak L Mengatakan suasana rumahnya pengap, Pencahayaan kurang dan ventilasi kurang. Ibu M “Mengatakan bahwa suaminya bila terkena serangan asthma berat baru dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan obat batuk diwarung. Ibu M “mengatakan merasa ibah apabila melihat Bapak L, terserang sesak”. Dokter mengatakan bahwa bapak L divonis menderita penyakit Athma Kronik. Ibu M “Mengatakan karena sudah tua, tidak mampu dan tidak mempunyai waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah”, Ibu M “Mengatakan membuang air limbah sembarang tempat”. Sesak Napas Batuk Berlendir Gelisah, Berkeringat dingin Tanda-tanda Vital TD 130/80 mmhg, ND 88 x/m, RR 26 x/m, SB 36,5o C Disekeliling rumah kotor Sampah berserakan dimana-mana Rumah bapak L kotor dan berdebu Perabotan rumah tangga tidak rapi Tidak ada Tempat pembuangan Sampah Sumber Data Primer Analisa Data Data Subjektif dan Data Objektif yang didapat dari keluarga Bapak L pada kunjungan ke Dua dapat di lihat pada Tabel di bawah ini Tabel 7. Analisa Data No DATA Etiologi Masalah 1 Data Subyektif Anak Bapak L “Mengatakan apabila musim dingin, Bapak L sering batuk berlendir dan sesak napas”, Sesak akan bertambah bila Melakukan aktifitas yang berlebihan dan bila terkena Debu”. Dokter mengatakan bahwa bapak L divonis menderita penyakit Athma Kronik Bapak L juga “Mengatakan bahwa sudah 2 tahun menderita Asthma dan sering kumat-kumatan”. Ibu M “Mengatakan bahwa suaminya bila terkena serangan asthma berat baru dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan obat batuk diwarung. Ibu M mengatakan merasa ibah apabila melihat Bapak L, terserang sesak. . Data Obyektif Sesak Napas Batuk Berlendir Gelisah, Berkeringat Dingin Tanda-tanda Vital TD 130/80 mmhg, ND 88 x/m, RR 26 x/m, SB 36,5 oC. Ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota Yang Sakit Bersihan Jalan Napas Tidak Efektif 2 Data Subyektif Ibu M “Mengatakan karena sudah tua, tidak mampu dan tidak mempunyai waktu untuk membersihkan rumah dan lingkungan rumah”. Ibu M “Mengatakan membuang air limbah disembarang tempat”. Keluarga Bapak L Tidak mempunyai Saluran pembuangan Air Limbah Bapak L Mengatakan suasana rumahnya pengap, Pencahayaan kurang dan ventilasi kurang. Data Obyektif Disekeliling rumah kotor Sampah berserakan dimana-mana Rumah Bapak L nampak kotor dan berdebu Perabotan Rumah Tangga Tidak rapi Tidak ada Tempat pembuangan Sampah Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan Penilaian Scoring Diagnosa Keperawatan Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan Keluarga Merawat Anggota Keluarga Yang Sakit Penyakit Asthma Tabel 8. Scoring Diagnosa Keperawatan Penilaian Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Pada Keluarga Bapak L dapat dilihat pada tabel dibawah ini No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran Sifat Masalah Aktual 3 1 Bapak L sudah menderita batuk berlendir, dan sesak nafas. Bapak L sudah mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Kemungkinan Masalah Dapat Diubah Sebagian 1 2 Latar belakang pendidikan bapak L adalah SR, ibu M adalah SR sehingga mempengaruhi penyerapan informasi yang diberikan oleh petugas kesehatan, sumber daya yang ada dalam keluarga tidak memadai. Potensi Masalah Untuk Dicegah Tinggi 3 1 Bapak L sudah lama menderita penyakit Asthma bapak L hanya minum obat dari puskesmas. Mononjolnya Masalah Masalah tidak dirasakan 0 1 Keluarga tidak memahami kalau penyakit asthma ini dapat mengancam jiwa bapak L, apabila tidak segera tangani. Skor Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat Tabel 9. Scoring Diagnosa Keperawatan Penilaian Skoring Prioritas Diagnosa Keperawatan Pada Keluarga Bapak L dapat dilihat pada tabel dibawah ini No Kriteria Skor Bobot Skoring Pembenaran Sifat Masalah Ancaman 2 1 Bila tidak dilakukan perawatan yang benar, akan terjadi resiko kekambuhan penyakit Kemungkinan Masalah Dapat Diubah Sebagian 1 2 Latar Belakang pendidikan Bapak L dan Ibu M SR Sekolah Rakyat sehingga untuk menerima informasi tidak mudah, namun sumber daya yang ada dalam keluarga sangat memadai, bila bapak L mendapat serangan Asthma penanganan yang dilakukan hanyan minum obat dari Puskesmas. Potensi Masalah Untuk dicegah Cukup 2 1 Keluarga mempunyai kesibukan yang cukup tinggi namun merawat lingkungan rumah adalah kewajiban keluarga Mononjolnya Masalah Masalah Tidak Di Rasakan 0 1 Keluarga tidak memahami kalau lingkungan yang kotor dapat mengancam jiwa bapak L, apabila tidak segera tangani. Skor Diagnosa Keperawatan Prioritas Penilaian Skoring Diagnosa Keperawatan pada Keluarga Bapak L dapat di lihat pada Tabel di bawah ini Tabel 10. Diagnosa Keperawatan Prioritas No Diagnosa Skoring 1 Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Asthma 2 Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan Penyakit berhubungan dengan ketidakmampuan anggota keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat Intervensi Tabel 11. Intervensi Implementasi Pelaksanaan yang di lakukan pada keluarga Bapak L pada kunjungan ke Empat dapat di lihat pada Tabel di bawah ini Tabel 12. Implementasi No Diagnosa Keperawatan Hari / Tanggal Jam Implementasi 1 Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota yang sakit Minggu/ 15/07/2012 Wita Mengucapkan salam , Mengingatkan kontrak yang lalu dan menjelaskan tujuan. Diskusikan bersama keluarga pengertian penyakit Asthma Bronchial dengan menggunakan Leaflet Motivasi keluarga untuk menyebutkan tanda dan gejala penyakit Asthma Bronchial Dorong keluarga untuk menyebutkan pencegahan dan perawatan penyakit Asthma Bronchial Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila Asthma Bronchial tidak di obati Beri Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan keluarga Ajarkan teknik pengobatan tradisional obat pelega tenggorokan Tekan pada keluarga untuk mengontrol secara aktif dipuskesmas 2 Resiko Tinggi terjadi Kekambuhan penyakit pada bapak L berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan yang sehat. Minggu, 15/07/2012 Gali Pengetahuan keluarga Mengenai Penyakit Asthma yang diderita bapak L Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda-tanda serangan Asthma Beri Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan Diskusikan Alternatif yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah serangan berulang Beri Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan Anjurkan keluarga untuk membersihkan lingkungan rumah bagi lansia Evaluasi Hasil Akhir yang di dapat pada keluarga Bapak L pada hari ke Lima dapat di lihat pada Tabel di bawah ini Tabel 13. Evaluasi No Dx Hari /Tgl Jam Evaluasi 1 1 Minggu, 15 Juli 2012 Wita S Keluarga menjawab salam Bapak L menyetujui pertemuan saat ini selama 60 menit Ibu M menyebutkan pengertian, penyebab dan tanda dan gejala seadanya Ibu M mengatakan memberikan obat tradisional bila bapak L batuk berlendir. O Keluarga Bapak L dan Ibu M kooperatif dan Aktif saat di jelaskan, keluarga berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Ibu M mampu mendemostrasikan cara pembuatan obat pelega tenggorokan. Bapak L masing sering batuk-batuk namun sesak sudah mulai berkurang A Masalah sebagian teratasi setelah dilakukan tindakan perawatan P Ingatkan kembali tentang hal hal yang telah didiskusikan Ingatkan kembali untuk mengontrol secara aktif kepuskesmas Motivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma Bronchial 2 2 Minggu, 15 Juli 2012 S Ibu M menyebutkan tanda-tanda penyakit Asthma bronchial seadanya Ibu M mengatakan tentang cara pencegahan penyakit Asthma Bronchial Keluarga Bapak L mau dan akan membersihkan lingkungan rumah O Keluarga Bapak L Kooperatif dan aktif dalam penjelasan yang diberikan oleh petugas kesehatan A Tujuan tercapai sebagian P Ingatkan kembali tentang hal-hal yang telah diskusikan Motivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma Catatan Perkembangan Perkembangan keluarga Bapak L setelah di lakukan Asuhan Keperawatan Keluarga dapat di lihat pada Tabel di Bawah ini Tabel 13 Catatan Perkembangan No Hari/Tgl Dx Jam SOAPIER Senin, 16 Juli 2012 1 S Keluarga Menjawab Salam Ibu M menyebutkan pengertian, Penyebab, tanda dan gejala Asthma Bronchial Ibu M mampu mendemostrasikan cara pembuatan Obat Tradisional Obat pelega Tenggorokan O Keluarga Bapak L dan Ibu M Kooperatif dan aktif saat di jelaskan, keluarga berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Bapak H masing sering batuk-batuk namun sesak sudah mulai berkurang TTV TD 130/90 mmhg, ND 84 x/m, RR 22 x/m, SB 36,5O C, A Masalah Sebagian teratasi Setelah dilakukan tindakan perawatan P Ingatkan kembali tentang hal hal yang telah didiskusikan Ingatkan kembali untuk mengontrol secara aktif kepuskesmas Motivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma. I Mengingatkan kembali tentang hal hal yang telah didiskusikan Mengingatkan kembali untuk mengontrol secara aktif kepuskesmas Memotivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma. E Tujuan Belum tercapai R – Lanjutan Catatan Perkembangan Tabel 14. Catatan Perkembangan No Hari/Tgl Dx Jam SOAPIER Selasa, 17 Juli 2012 1 S Keluarga Menjawab Salam Ibu M “Mengatakan sudah memahami tentang penyakit Asthma Bronchial” Ibu M “Mengatakan bapak L masih sering batuk- batuk berlendir dan namun sesak sudah mulai berkurang” O Keluarga Bapak L dan Ibu M Kooperatif dan aktif saat di jelaskan, keluarga berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. Ibu M sudah memahami tentang penyakit Asthma Bronchial Ibu M mampu mendemostrasikan cara pembuatan obat pelega tenggorokan A Masalah sebagian Teratasi P Ingatkan kembali tentang hal hal yang telah didiskusikan Ingatkan kembali untuk mengontrol secara aktif kepuskesmas Motivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma. I Mengingatkan kembali tentang hal hal yang telah didiskusikan Mengingatkan kembali untuk mengontrol secara aktif kepuskesmas Memotivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma. E Tujuan Belum tercapai R – Lanjutan Catatan Perkembangan Tabel 15 Catatan Perkembangan No Hari/Tgl Dx Jam SOAPIER Rabu, 18 Juli 2012 2 Wita S Keluarga Menjawab Salam Ibu M menyebutkan tanda-tanda penyakit Asthma Bronchial seadanya Keluarga Bapak L mau dan akan membersihkan lingkungan rumah O Keluarga Bapak L dan Ibu M Kooperatif dan aktif saat di jelaskan, keluarga berusaha menjawab setiap pertanyaan yang diajukan. A Masalah Sebagian Teratasi P Ingatkan kembali tentang hal hal yang telah disampaikan dari petugas kesehatan Motivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma. I Mengingatkan kembali tentang hal hal yang telah disampaikan dari petugas kesehatan Memotivasi keluarga untuk terus merawat anggota keluarga yang sakit Asthma. E Tujuan Belum tercapai R – BAB IV Hasil Dan Pembahasan A. Hasil Pengkajian Dari hasil pengkajian dan pengumpulan data, informasi yang di lakukan pada tanggal 12 sampai dengan 14 Juli 2012 dengan menggunakan format Pengkajian Keluarga Bapak L yang berdomisili di Dusun Talamandu Desa Lalos Kecamatan Galang Kabupaten Tolitoli dengan Kasus Penyakit Asthma Bronchial pada Bapak L. Adapun data yang di dapatkan di lapangan sebagai berikut Data Subyektif Ibu M “Mengatakan bahwa suaminya bila terkena serangan asthma berat baru dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan obat batuk diwarung”, Ibu M “Mengatakan akan merasa ibah apabila melihat Bapak L, terserang sesak”, ibu M “Mengatakan karena sudah tua, tidak mampu dan mempunyai waktu untuk membersihkan rumah dan dilingkungan rumah”, Ibu M “Mengatakan membuang air limbah sembarang tempat”. Anak Bapak L “Mengatakan apabila musim dingin, Bapak L sering batuk berlendir dan sesak napas”, sesak akan bertambah bila Melakukan aktifitas yang berlebihan dan terkena debu”. Bapak L juga “Mengatakan bahwa sudah 2 tahun menderita Asthma dan sering kumat-kumatan”. Dokter “mengatakan bahwa bapak L divonis menderita penyakit Asthma Kronik”. Data Obyektif 1. Sesak Napas, 2. Batuk Berlendir, 3. Gelisah, 4. Berkeringat dingin, 5. TTV TD 130/80 mmhg, ND 88 x/m, RR 26 x/m, SB 36,5o C, dan Saat pengkajian awal didapatkan data, Sampah berserakan dimana-mana, Rumah bapak L kotor dan berdebu, Perabotan rumah tangga tidak rapi, dan tidak Ada Pembuangan Sampah. B. Diagnosa Keperawatan Perumusan Diagnosa Keperawatan dapat diarahkan kepada sasaran individu dan atau keluarga. Komponen diagnosa keperawatan meliputi masalah / problem , penyebab / etiologi , dan atau tanda / sign. Suprajitno, S,Kp . Perumusan diagnosa keperawatan keluarga sama dengan diagnosa diklinik yang dapat dibedakan menjadi 5 lima kategori yaitu actual, resiko, wellness, dan sindrom. Setiadi 2008 . Dan Data Subjektif maupun Objektif, yang diperoleh perawat dari keluarga secara langsung, setelah data tersebut dikumpulkan, pada tahap ini data dianalisa, di buatkan prioritas masalah maka di tegakanlah Diagnosa keperawatan sesuai dengan masalah yang ada dalam keluarga pada Bapak L sebagai berikut Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota Keluarga yang sakit Asthma Bronchial dengan hasil scoring 3. Adapun Data Subjektif Dan Objektif adalah sebagai Berikut Data Subjektif 1. Anak Bapak L “Mengatakan apabila musim dingin, Bapak L sering batuk berlendir dan sesak napas, 2. Sesak akan bertambah bila Melakukan aktifitas yang berlebihan dan terkena debu”. 3. Dokter “Mengatakan bahwa bapak L divonis menderita penyakit Athma Kronik” 4. Bapak L juga “Mengatakan bahwa sudah 2 tahun menderita Asthma dan sering kumat-kumatan”. 5. Ibu M “Mengatakan bahwa suaminya bila terkena serangan asthma berat baru dibawah ke puskesmas, jika terkena asthma ringan hanya dibelikan obat batuk diwarung”, 6. Ibu M “Mengatakan merasa ibah apabila melihat Bapak L terserang sesak ”. Adapun Data Objektif sebagai berikut . 1. Sesak Napas, 2. Batuk Berlendir, 3. Gelisah, 4. Berkeringat dingin, 6. TTV TD 130/80 mmhg, ND 88 x/m, RR 26 x/m, SB 36,5o C, Setelah dilakukan penentuan prioritas masalah dengan menggunakan scoring, penulis menetapkan diagnosa ini sebagai diagnosa prioritas yang pertama. Karena keadaan yang tidak sehat aktual , apabila tidak segera ditangani akan memperburuk keadaan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Setiadi 2008 dan Suprajitno S,Kp 2004 tentang diagnosa actual yang telah disepakati, data dan informasi yang didapatkan penulis pada keluarga bapak L, memiliki beberapa kesamaan dengan beberapa teori. Resiko Tinggi Terjadi Kekambuhan Penyakit pada Keluarga Bapak L berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat dengan hasil Scoring 2 1/3. Adapun Data Subjektif adalah 1. Ibu M “Mengatakan karena sudah tua, tidak mampu dan tidak ada waktu untuk membersihkan rumah maupun dilingkungan rumah”, 2. Ibu M “Mengatakan membuang air limbah sembarang tempat”. 3. Keluarga Bapak L Tidak mempunyai Saluran pembuangan Air Limbah, 4. Bapak L Mengatakan suasana rumahnya pengap, Pencahayaan kurang dan ventilasi kurang. Data Obyektif 1. Sampah berserakan dimana-mana, 2. Rumah Bapak L kotor dan berdebu, 3. Perabotan Rumah Tangga Tidak rapi, 4. Tidak Ada Pembuangan Sampah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Drs. Nasrul Efiendy 2002 tentang perumusan diagnose Resiko Ancaman yaitu memiliki dua komponen diantaranya adalah Problem dan Etiologi. Data dan informasi yang didapatkan penulis pada keluarga bapak L, memiliki beberapa kesamaan dengan beberapa teori. Intervensi Perencanaan adalah bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan keluarga penetapan standart dan Kriteria serta menentukan perencanaan untuk mengatasi masalah keluarga. Setiadi 2008 Adapun rencana intervensi yang di berikan pada Bapak L berdasarkan masing-masing Diagnosa. Intervensi Diagnosa 1 Adalah 1. Diskusikan bersama keluarga pengertian penyakit Asthma Bronchial dengan menggunakan Leaflet, 2. Motivasi keluarga untuk menyebutkan tanda dan gejala penyakit Asthma Bronchial, 3. Dorong keluarga untuk menyebutkan pencegahan dan perawatan penyakit Asthma Bronchial, 4. Jelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila Asthma Bronchial tidak di obati, 5. Beri Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan keluarga, 6. Ajarkan teknik pengobatan tradisional obat pelega tenggorokan, 7. Tekan pada keluarga untuk mengontrol secara aktif dipuskesmas, Intervensi Diagnosa 2 adalah 1. Gali Pengetahuan keluarga Mengenai Penyakit Asthma yang diderita bapak L, 2. Motivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda-tanda serangan Asthma, 3. Beri Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan, 4. Diskusikan Alternatif yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah serangan berulang, 5. Beri Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan, 6. Anjurkan keluarga untuk membersihkan lingkungan rumah. Intervensi yang diberikan pada keluarga bapak L sesuai dengan rencana yang telah disepakati oleh keluarga. Implementasi Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perecanaan, perawat yang mengasuh keluarga sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara Integrasi semua profesi kesehatan yang menjadi tim kesehatan di rumah. Adapun implementasi yang diberikan pada keluarga Bapak L pada hari Minggu, tanggal 15 Juli 2012 Jam sampai dengan selesai. Tindakan keperawatan yang di berikan pada Diagnosa pertama Mengucapkan salam, mengingatkan kontrak yang lalu dan menjelaskan tujuan, Mendiskusikan bersama keluarga pengertian penyakit Asthma Bronchial dengan menggunakan Leaflet, Memotivasi keluarga untuk menyebutkan tanda dan gejala penyakit Asthma Bronchial, Mendorong keluarga untuk menyebutkan pencegahan dan perawatan penyakit Asthma Bronchial, Menjelaskan pada keluarga akibat lanjut apabila Asthma Bronchial tidak di obati. Memberi Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan keluarga, Mengajarkan teknik pengobatan tradisional obat pelega tenggorokan, Menekankan pada keluarga untuk mengontrol secara aktif dipuskesmas, Tindakan keperawatan yang diberikan pada Diagnosa kedua Mengali Pengetahuan keluarga Mengenai Penyakit Asthma yang diderita bapak L, Memotivasi keluarga untuk mengidentifikasi tanda-tanda serangan Asthma, Memberi Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan, Mendiskusikan Alternatif yang dapat dilakukan keluarga untuk mencegah serangan berulang, Memberi Reincforment positif atas usaha yang telah dilakukan, Menganjurkan keluarga untuk membersihkan lingkungan rumah bagi lansia. Evaluasi Evaluasi Adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan. Adapun hasil Evaluasi keseluruhan merupakan tahap akhir dalam penilaian keberhasilan tindakan keperawatan dengan menggunakan standar SOAP. Selama 4 hari kunjungan, maka pada tanggal 16 Juli 2012 Penulis mengevaluasi Keberhasilan yang mengacu pada 5 tugas keluarga di bidang kesehatan yaitu Keluarga mau dan akan merawat anggota keluarga yang sakit, namun tindakan keluarga belum sepenuhnya untuk mengatasi masalah Bersihan Jalan Nafas kembali Efektif. walaupun sudah diberikan penyuluhan dan informasi yang cukup, tentang bagaimana cara merawat anggota keluarga yang sakit khususnya yang menderita penyakit Asthma Bronchial. Keluarga sudah cukup mengenal tentang resiko yang akan terjadi/gangguan kesehatan setiap anggota keluarga, karena keluarga sudah menunjukkan sikap dan pemahamannya tentang penyakit Asthma Bronchial, namun pola pikir keluarga untuk memodifikasi lingkungan dan melakukan tindakan yang tepat, belum ada. BAB V Penutup A. Kesimpulan Setelah melakukan Asuhan Keperawatan serta pembahasan kasus pada keluarga Bapak L, dengan Kasus Asthma Bronchial maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut Dari hasil pengkajian melalui Observasi, Wawancara, dan pemeriksaan fisik maka di dapatkan data baik Subjektif maupun Objektif yang menyimpang dan menunjang masalah Keperawatan pada keluarga Bapak L. Dari data-data dan hasil skoring yang sudah terkumpul maka dapat di rumuskan masalah selanjutnya menetapkan Diagnosa pada keluarga Bapak L yaitu Diagnosa Aktual dan Diagnosa Resiko. Perencanaan keperawatan yang dibuat oleh penulis meliputi prosedur dan tindakan serta pendidikan kesehatan kepada keluarga berupa pemberian Penyuluhan dan demonstrasi. Implementasi keperawatan yang dilaksanakan sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Evaluasi keperawatan yang dilakukan dari hasil pelaksanaan yaitu keluarga dapat menjelaskan seadanya mengenai pengertian, cara Penularan dan pencegahan, serta keluarga mampu mendemonstrasikan cara membuat obat tradisional pelega tenggorokan. B. Saran Berdasarkan hasil kesimpulan diatas maka beberapa saran yang dibuat penulis adalah sebagai berikut Di harapkan kepada pasien dan keluarga memahami factor yang menyebabkan serangan atau memperberat serangan. Menjaga Kebersihan lingkungan Rumah. Perlu dilakukan sosialisai serta penyuluhan yang lebih terintegrasi dalam penanggulangan Penyakit Asthma di masyarakat. Kepada petugas kesehatan setempat, untuk lebih meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya keluarga yang mempunyai masalah kesehatan dengan melakukan kunjungan rumah. DAFTAR PUSTAKA Brunner and Suddarth, Suzanne C. Smeltzer dan Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, EGC Jakarta 2001. Effendiy, Nasrul Drs, Dasar – dasar keperawatan kesehatan, Masyarakat Edisi 2, EGC. Jakarta 1998 Ekasari Fatma, Mia S. kep Ns et. all, .panduan pengalaman belajar lapangan. EGC . Jakarta 2006 Iqbal Mubarak Wahit et all, ilmu keperawatan komunitas 2, EGC. Jakarta 2006 Mansjoer, Arief et all. kapita selekta kedokteran, jilid 2 – Media Aesculaisus Jakarta 2000 Ns Achjar Heny ayu komang Ns SKM, Mkep, Sp kom Asuhan Keperawatan keluarga, Sagung Seto . Jakarta 2010 Panduan karya tulis ilmiah, Tolitoli Akper Pemda Tolitoli, 2012 Setiadi, Asuhan Keperawatan Keluarga, Edisi pertama,Graha ilmu, Yogyakarta 2008. Setiadi, Riset keperawatan ,Graha ilmu, Yogyakarta 2007 Setiawati santun et all, Asuhan keperawatan keluarga, Agung wijaya, Jakarta 2008 Suprajitno S,kp, Asuhan Keperawatan keluarga ,EGC, Jakarta 2004 Widoyono Mpt, Dr, Penyakit Tropis, EGC, Jakarta 2008 RIWAYAT HIDUP PENULIS Riwayat Hidup Nama M. Rapiudin R Tempat Tanggal Lahir Tolitoli, 18 Oktober 1991 Umur 20 Tahun Agama Islam Alamat Jln. Merpati No. 10 Kelurahan Tuweley Riwayat Pendidikan Tamat TK Pembina Tolitoli Tahun 1998 Tamat SDN 18 Tolitoli Tahun 2003 Tamat SLTP Negeri 3 Tolitoli Tahun 2006 Tamat SMA Negeri 1 Tolitoli Tahun 2009 Mengikuti Pendidikan Akper Pemda Tolitoli Tahun 2009-2012
3 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga Menurut Friedman (dalam Suprajitno, 2004), tahap dan tugas perkembangan keluarga sebagai berikut: Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan 1. Keluarga dengan Anak Baru Lahir a. Mempersiapkan menjadi orang tua. b. Adaptasi dengan perubahan adanya anggota keluarga. 2. Keluarga dengan Anak Remaja a. You're Reading a Free Preview Pages 8 to 21 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 26 to 31 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 36 to 51 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 57 to 58 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 65 to 70 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 74 to 77 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 84 to 91 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 95 to 98 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 105 to 112 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 116 to 123 are not shown in this preview. You're Reading a Free Preview Pages 131 to 135 are not shown in this preview. TopPDF LAPORAN PENDAHULUAN ASKEP POST ORIF HUME dikompilasi oleh 123dok.com. LAPORAN PENDAHULUAN Dan Askep EPILEPSI Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. P DENGAN MASALAH UTAMA ASMA A. Pengkajian Data Umum 1. 2. 3. 4. 5. 6. Nama KK Tn. P Umur 51 tahun Alamat Kabupaten Semarang Pekerjaan Swasta Pendidikan SD Komposisi Keluarga No Nama Jenis Hubungan Umur Pekerjaan Ket. 1. Tn. P kelamin L keluarga KK 51 tahun Swasta Asma 2. Ny. M P Istri 56 tahun Swasta Sehat 3. Ny. R P Ibu 70 tahun Tidak bekerja Sehat 4. An. R P Anak 21 tahun Buruh Pabrik Sehat Genogram. 1 Laki-laki Tinggal serumah Perempuan Garis keluarga Penderita Asma Laki-laki meninggal Perempuan meninggal 5. Tipe Keluarga 6. Suku Bangsa 7. Agama 8. Status Sosial ekonomi keluarga 9. Aktivitas rekrereasi keluarga keluarga Inti. Jawa – Indonesia Islam Suami – Isteri bekerja Mendengar radio B. Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga . 1. Tahap perkembangan saat ini Tahap perkembangan keluarga Tn. P saat ini adalah tahap keluarga melepas anak 2. dewasa muda karena anak pertamanya sudah berkeluarga sendiri. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi Menurut keluarga selama ini tugas perkembangan dapat terpenuhi dengan baik karena yang mencari nafkah adalah Tn. P dan istrinya. Tetapi ada tugas-tugas 3. perkembangan yang belum terpenuhi yaitu anak keduanya yang belum menikah. Riwayat kesehatan keluarga Dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi dalam keluarga, keluarga Tn. P mengatasinya dengan bermusyawarah untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam keluarga dan yang mengambil keputusan adalah Tn. P sendiri. Keluarga Tn. P mengatakan mampu menyelesaikan masalah keluarganya sendiri tanpa bantuan orang lain. C. Fungsi Keluarga. 1. Fungsi afektif Hubungan dengan keluarga harmonis, keluarga merasa nyaman dengan keadaan saat ini, antara keluarga saling menghargai, menghormati, dan tidak saling memaksakan 2. kehendak. Fungsi sosialisasi Hubungan keluarga Tn. P dengan tetangga sekitar bejalan dengan baik tidak pernah ada pertengkaran dengan tetangga sekitar, kegiatan kemasyarakatan yang diikuti oleh anggota keluarga Tn. P adalah yasinan setiap Senin malam. Dan kerja bakti 3. seminggu sekali pada hari minggu. Fungsi ekonomi Tidak semua anggota keluarga mempunyai penghasilan. Walaupun Tn. P asmanya sering kambuh akan tetapi keluarga tetap memperbolehkannya bekerja, asal tidak terlalu lelah. Ny. M mengatakan jika penghasilan dalam keluarganya tidak menentu. Namun dengan uang dari pemberian Istrinya yang berdagang tersebut, Tn. P 4. mengatakan sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Fungsi reproduksi Keluarga Tn. P tidak memiliki rencana untuk menambah keluarga baru karena Ny. M yang sudah memasuki masa menopouse. Pandangan keluarga terhadap pendidikan seks yaitu keluarga menganggap pendidikan seks pada anak-anak harus 5. 6. disesuaikan pada usia anak. Fungsi sosialisasi. Tn. P dan keluarga sudah terbiasa untuk bersosialisasi dan mengikuti perkumpulan yang ada di Desa Keseneng. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan keluarga dalam bidang kesehatan a. Kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Ny. M mengatakan Tn. P terdiagnosa Asma sejak kecil. Ny. M mengatakan bahwa penyakit asma merupakan suatu masalah dan penyakit keturunan yang bisa kapan saja kambuh. Ny. M mengatakan bila Tn. P kelelahan asmanya langsung kambuh. Ny. M mengatakan belum tahu tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab, makanan yang dianjurkan dan tidak dianjurkan serta lingkungan yang sehat untuk penderita asma. b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan Ny. M mengatakan jika dulu Tn. P pernah berobat ke dokter spesialis namun karena menurut keluarga terlalu mahal, jadi keluarga memutuskan untuk membeli obat saja ke apotek. c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit Tn. P dan keluarga kurang mengetahui bagaimana cara mencegah kekambuhan penyakit asma, Tn. P hanya mengetahui nama penyakit yang dideritanya adalah sakit sesak napas. Tn. P mengatakan jika penyakitnya kambuh maka di beri obat Salbutamol 1 mg, dexametasone 0,5 mg, dan Ambroxol 30 mg. Tn. P jarang bahkan sudah tidak pernah control ke dokter atau pelayanan kesehatan lainnya karena keterbatasan biaya. Keluarga Tn. P tidak mengetahui bagaimana perjalanan penyakit, faktor penyebab dan cara merawat anggota keluarga yang menderita penyakit asma. Tn. P hanya tahu cara di beri obat dan dengan posisi menungging. d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan Keluarga kurang mengerti tentang manfaat dan pemeliharaan kebersihan lingkungan bagi kesehatan lingkungan luar rumah yang kurang terawat banyak debu dan kotoran yang terdapat dalam rumah Tn. P, hal tersebut dapat memicu kekambuhan penyakit Tn. P. e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan Keluarga mengetahui keberadaan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dan juga mengetahui manfaat yang diperoleh dari fasilitas kesehatan yaitu tempat mendapatkan pelayanan kesehatan yaitu di puskesmas atau rumah sakit terdekat. Keluarga percaya terhadap petugas kesehatan sebagai pemberi pelayanan dengan sarana fasilitas yang ada keluarga belum pernah mengalami pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan dan fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga. f. Stress dan koping keluarga 1 Stress Keluarga sedikit pusing memikirkan kepala keluarganya, karena penyakit asma Tn. P yang masih sering kambuh. 2 Kemampuan keluarga merespon terhadap stressor Keluarga hanya bisa membeli obat di apotek sesuai dengan resep dokter yang pernah di resepkan dulu. 3 Strategi koping yang digunakan Dalam keluarga Tn. P apabila ada permasalahan diselesaikan secara bersamasama seperti yang sedang dialami saat ini. D. Lingkungan 1. Karakteristik rumah. B E F C I A G G D A Teras rumah B Warung C Ruang keluarga D Ruang tamu H E Dapur F Kamar G mandi G Kamar tidur H Bengkel I Gudang Rumah yang dihuni Tn. P merupakan rumah milik pribadi, berukuran 1585 m2 dengan bangunan permanen yang terdiri dari ruang tamu, 3 tempat tidur, ruang keluarga bila ada saudara yang datang dan menjadi tempat berkumpul setiap harinya, warung, dapur, kamar mandi dan WC. Jarak septic tank ke sumber air kurang dari 10 meter, kondisi WC bersih dengan model WC duduk, lantai terbuat dari keramik namun ada sebagian yang diplester, bangunan rumah permanen, sirkulasi udara didapatkan dari pintu dan jendela namun jarang di buka. Keluarga memiliki halaman yang tidak cukup luas, sampah rumah tangga dan sampah daun biasanya dikumpulkan dibelakang rumah dan dibakar namun tidak jarang di buang ke sungai, kebersihan rumah kurang karena masih terlihat berdebu dan kotor, sumber air diperoleh dari sungai, airnya bersih bening dan 2. tidak berbau. Kondisi selokan bersih, tidak ada genangan dan tidak berbau. Karakteristik tetangga dan komunitas tempat tinggal Keluarga Tn. P tinggal di daerah pedesaan yang mayoritas bersuku jawa. Lingkungan tetangga cukup akrab dan saling tolong menolong bila ada 3. 4. kesusahan. Mobilitas geografis keluarga Keluarga Tn. P mengatakan tidak pernah pindah tempat tinggal sejak menikah. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat Keluarga Tn. P cukup aktif dalam mengikuti perkumpulan, seminggu sekali Tn. P mengikuti pengajian dirumah-rumah warga sekitar. 5. Sistem pendukung keluarga. Keluarga Tn. P bila ada masalah biasanya diselesaikan oleh keluarganya dengan caranya musyawarah. E. Pemeriksaan Fisik. TensimmHg TB/BB Suhu oC Nadi x/menit Rambut / Kepala Mata, hidung, mulut, 120/80 155cm / 58 kg 88 Normal, bersih, rambut ikal beruban Membaca dengan alat bantu kacamata, mata tenggorokan, telinga simetris, tidak ditemui gangguan pada telinga, mulut, dan gigi tidak ada yang berlubang, tenggorokan normal, terdapat Leher pernapasan cuping hidung. Terdapat otot bantu pernapasan berupa otot sternokledomastoidius tidak ada pembesaran Dada kelenjar tiroid. 1. Jantung Inspeksi Ictus Cordis tidak tampak Perkusi Tidak ada pelebaran batas jantung Palpasi Ictus Cordis teraba pada intercosta ke 4 Auskultasi Bunyi jantung I, II tidak ada bunyi tambahan 2. Paru Inspeksi Ada retraksi tulang iga, Ekstermitas pengembangan dada simetris Perkusi sonor dilapang paru Palpasi Fremitus raba normal Auskultasi Suara nafas wheezing Pada ekstremitas atas tidak ada gangguan pergerakan, kekuatan otot 5 dan bias digunakan untuk beraktivitas Pada ekstremitas bawah tidak ada gangguan pergerakan, kekuatan otot 5 dan bias digunakan untuk beraktivitas. Genetalia 5 5 5 5 Tidak ada gangguan pada genetalia F. Analisa Data Data Masalah DS Ketidakmampuan - Ny. M mengatakan bila Tn. P keluarga merawat kelelahan asmanya langsung anggota kelurga yang kambuh. sakit . - Ny. M mengatakan belum tahu tentang pengertian, tanda dan gejala, pencegahan penyebab untuk Penyebab Ketidakmampuan keluarga menenai pencegahan dan perawatanya karena kelurga tidak tahu tentang penyakit dan pencegahannya. serta penderita asma. - DO Keluarga Tn. P tampak bingung saat ditanya tentang pengertian, tanda dan gejala, penyebab, dan lingkungan yang sehat untuk penderita asma. G. Diagnosa Keperawatan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota kelurga yang sakit berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga menenai pencegahan dan perawatanya karena kelurga tidak tahu tentang penyakit dan pencegahannya. H. Rencana Keperawatan Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Evaluasi Standar Intervensi Keperawatan Ketidakmampuan Setelah Setelah keluarga merawat dilakukan dilakukan salam dan anggota kelurga selama 3x kunjungan menjelaskan yang sakit. kunjungan rumah selama kegiatan hari ini rumah 1x60menit akan melakukan diharapkan keluarga dapat TUK I Mengenal penyuluhan keluarga dapat mengetahui - masalah penyakit yang Respon verbal kesehatan diderita oleh Tn. a. Menyebu P tkan pengertian Keluarga dapat - menyebutkan 1. Pengertian verbal leaflet pengertian gejala yang timbul 2. Menyebutkan asma 4 dari 6 penyebab Menyebu a. Faktor Genetik b. Faktor Kondisi tkan - asma Lingkungan d. Faktor Kondisi Respon verbal - berlebihan c. Menyebu tkan tanda dan gejala asma asma Jelaskan pada leaflet tentang Medis e. Stress f. Olahraga yang 3. keluarga dengan keluarga dengan Saluran Nafas c. Faktor penyebab asma Jelaskan pada leaflet penyebab asma b. tentang asma Jelaskan pada keluarga dengan asma dan kumpulan Respon Ucapkan Menyebutkan - pencegahan asma Jelaskan dan demontrasikan pada keluarga teknik napas dalam Demontrasika 3 dari 5 tanda dan n tentang obat gejala alami untuk a. Batuk meredakan asma b. Menangis atau ketawa Diagnosa Tujuan Umum Tujuan Khusus Keperawatan Kriteria Evaluasi Standar keras Respon c. Sesak napas verbal d. Sulit untuk bericara e. Sianosis kulit tampak d. kebiruan Mengeta 4. hui dan dapat mempraktik an teknik Respon verbal keluarga dapat dan motorik mengetahui dan mempraktekam teknik napas napas dalam Respon TUK II Merawat Tn. P dan verbal dalam dan motorik anggota keluarga yang sakit a. b. Keluarga dapat Memberi memberikan pengobatan pengobatan pada yang tepat Tn. P secara tepat dan aman dan aman Keluarga dapat Menjaga aktivitas dan kesehatan mengontrol aktivitas dan kesehatan Tn. P agar tidak kambuh asmanya. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI Intervensi Dx. Keperawatan Tangga Tujuan Khusus Ketidakmampu Setelah dilakukan an keluarga merawat kunjungan rumah selama 1x60menit keluarga anggota kelurga dapat TUK I yang sakit Mengenal masalah l/ Implementasi Waktu 3-3-16 Pukul WIB - salam dan dapat menyebutkan menjelaskan kegiatan tanda dan gejala hari ini akan asma a. Batuk b. Menangis asma Menjelaskan pada atau ketawa keras keluarga dengan c. Sesak napas leaflet pengertian - d. Sulit untuk asma Menjelaskan pada bericara e. Sianosis keluarga dengan dapat mempraktikan teknik napas dalam S Keluarga dan Tn. P penyuluhan tentang penyebab asma c. Menyebutkan tanda dan gejala asma d. Mengetahui dan Evaluasi melakukan kesehatan a. Menyebutkan pengertian asma b. Menyebutkan Mengucapkan Paraf - kulit leaflet penyebab asma Menjelaskan pada tampak keluarga dengan TUK II Merawat anggota keluarga yang sakit a. Memberi leaflet tentang - mendemontrasikan pengobatan yang tepat dan aman b. Menjaga aktivitas dan kesehatan pencegahan asma Menjelaskan dan pada keluarga teknik - napas dalam Mendemontrasika n tentang obat alami untuk meredakan asma kebiruan O Keluarga dan Tn. P tampak memperhatikan saat diberikan penyuluhan dan mendemontrasikan teknik napas dalam dan pembuatan obat alami untuk asma A Keluarga dan Tn. S telah mengerti penyakit tanda dan gejala, penyebab, dan pencegahan Dx. Keperawatan Tangga Tujuan Khusus l/ Implementasi Paraf Evaluasi Waktu pennyakit asma P Anjurkan kepada keluarga untuk memeriksakan kesehatan secara rutin ke Puskesmas -Anjurkan kepada Tn. P untuk beristirahat yang cukup -Anjurkan kepada keluarga dalam memberikan obat sesuai resep.
AskepKeluarga Dengan Asma Askep Keluarga Asma Tile Floor Flooring Ditemukan pada sejumlah kecil pasien dewsa. Askep asma. Asma adalah suatu gangguan pada saluran bronchial dengan ciri. Bentuk asma yang paling umum. Asma alergik merupakan suatu bentuk asma dengan allergen seperti bulu binatang debu ketombe tepung sari makanan dll.
0% found this document useful 0 votes508 views13 pagesCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsDOCX, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes508 views13 pagesAskep Keluarga AsmaJump to Page You are on page 1of 13 You're Reading a Free Preview Pages 6 to 12 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. Pengkajianpengetahuan klien dan keluarga 1)Pemahaman tentang penyebab/perjalanan penyakit 2)Pemahaman tentang pencegahan, perawatan dan terapi medis Diagnosa Keperawatan a.Infeksi yang berhubungan dengan adanya bakteri pada saluran kemih. b.Perubahan pola eliminasi urine (disuria, dorongan, frekuensi, dan atau nokturia) yang berhubungan dengan BAB I TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Asma 1. Pengertian Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversible dimana trachea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Asma dimanifestasikan dengan penyempitan jalan nafas, yang mengakibatkan dypsnoe, batuk, dan mengi. Tingkat penyempitan jalan napas dapat berubah baik secara spontan atau karena terapi. Eksaserbasi akut dapat saja terjadi, yang berlangsung dari beberapa menit sampai jam diselingi oleh periose bebas gejala. Jika asma dan bronchitis terjadi secara bersama, obstruksi yang diakibatkan menjadi gabungan dan disebut bronchitis asmatik kronik. Asma dapat terjadi pada sembarang golongan usia, sekitar setengah dari kasus terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya terjadi sebelum usia 40 tahun. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi, asma sangat mengganggu pada semua aktifitas fisik. 2. Etiologi a. Alergi, diturunkan. Dokter sulit menentukan seberapa besar kemungkinan keturunan anda akan menderita asma. Diwariskan secara bebas & harus ada faktor pencetus. Alergen dihirup menempel dinding, menarik sel mast, keluar histamin, timbul serangan. b. Infeksi, misal timbul setelah flu. Serangan asma tidak dapat diatasi dg obat pelawan infeksi c. Tidur malam hari sering terbangun Saluran napas lebih lebar pada siang hari drpd malam hari. Orang sehat perbedaan sangat kecil, sedang penderita berbeda banyak, apalagi ada pengkerutan, mudah kena serangan. d. Emosi, kalau sudah punya bakat asma, dapat menimbulkan serangan e. Olah raga. Terutama yg perlu waktu yg lama. Uadar dingin yg cepat melalui saluran nafas kering & dingin, merangsang. Juga menguap, tertawa, menghela napas. 3. Jenis-Jenis Asma a. Asma Alergik Asma ini disebabkan oleh allergen missal; serbuk sari, bulu binatang, amarah,makanan, dan jamur. Kebanyakan allergen terdapat di udara dan musiman. Pasien dengan asma alergik biasanya mempunyai riwayat keluarga yang alergi dan riwayat medis masa lalu eczema atau rhinitis alegik. Pemajanan terhadap allergen mencetuskan serangan asma. Anak-anak dengan asma alergik sering dapat mengatasi kondisi sampai masa remaja. b. Asma Idiopatik/Non Alergi Asma ini tidak disebabkan oleh allergen spesifik. Faktor-faktorseperti common cold, infeksi traktus respiratorik, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan. Beberapa agen farmakologi seperti aspirin dan agen anti inflamasi non steroid lain, pewarna rambut, antagonis beta-adrenergik, dan agen sulfite pengawet makanan, juga mungkin menjadi factor. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering berjalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembangng menjadi bronchitis kronis dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan. c. Asma Gabungan Asma ini adalah bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karateristik dari bentuk alergik maupun idiopatik atau non alergik. 4. Patofisiologi a. Gangguan saraf Outonom Bronkho Kontriksi Saraf simpatis adrenergik Saraf parasimpatis kolinergik Bronkodilatasi Bronkhokonstriksi Hipoaktif Adrenergik Hiperaktif Kolinergik Bronkho Konstriksi b. Gangguan Sistem Imun Alergen debu, bulu hewan, kapas ke saluran pernapasan Stimuli sistem imun bentuk antibodi IgE IgE menempel pada permukaan sel mast di saluran napas Alergen dan IgE bentuk ikatan Pelepasan mediator histamin, leukotrin, prostaglandin, eosinofil Bronkhokontriksi, edema, sekresi meningkat c. Patofisiologi Zat iritan/infeksi Produksi mukus meningkat dan jumlah sel goblet meningkat fungsi silia menurun Aliran udara inspirasi dan ekspirasi terhambat Distribusi ventilasi terganggu Aliran udara ekspirasi menuru 5. Manifestasi klinis a. Mengi Mirip musik/ bersiul dari rongga dada. Keras dan panjangnya mengi bukan petunjuk beratnya asma b. Sesak napas Ada yg sebentar, ada yang terus menerus. Beratnya sumbatan tidak selalu mencerminkan derajad asma. c. Alergi hidung. Sering menderita hay-fever alergi serbuk sari, radang mata, pilek, sesak napas bersin berulang-ulang d. Bronkitis Mengeluarkan gejala asma surigai asma bila bukan perokok, batuk berulang-ulang, TB -, Ca - e. Serangan asma sering kali terjadi pada malam hari f. Serangan asma biasanya bermula mendadak dengan batuk dan rasa sesak dalam dada disertai dengan pernafasan lambat g. Ekspirasi selalu lebih susah dan panjang dibanding inspirasi yang mendorong pasien untuk duduk tegak dan menggunakan setiap otot-otot aksesori pernafasan h. Batuk pada awalnya susah dan kering tetapi segera menjadi lebih kuat i. Sputum yang terdiri atas sedikit mukus mengandung masa gelatinosa bulat, kecil yang dibatukkan dengan susah payah j. Sianosis sekunder terhadap hipoksia hebat k. Gejala-gejala retensi karbondioksida termasuk berkeringat, takikardia, dan pelebaran tekanan nadi l. Serangan asmatik dapat terjadi secara periodik setelah pemajanan terhadap alergi spesifik, obat-obat tertentu, latihan fisik, dan kegaairahan emosional. 6. Penatalaksanaan Terdapat 5 kategori pengobatan yang digunakann dalam mengobati asma, yaitu 1 Agonis beta agen beta adrenergik Agonis beta agen beta adrenergik adalah medikasi awal yang digunakan dalam mengobatiasma karena agen ini mendilatasi otot-otot polos bronkhial. Agen adrenergik juga meningkatkan gerakan siliaris, menurunkan mediator kimiawi anafilaktik dan dapat menguatkan efek bronhodilatasi dari kortikosteroid. Agen adrenergik yang paling umum digunakan adalah einefrin, albuterol, metaproterenol, isoproterenol, isoetharne, dan terbutalin. Obat-obat tersebut biasanya dberikan secara parenteral atau melalui inhalasi. 2 Metil Santin Metilsantin, seperti aminofilin dan teofilin digunakan karena mempunyai efek bronkhodilatasi. Agen ini merilekskan otot-otot polos bronkus, meningkatkan gerakan mukus dalam jalan nafa dan meningkatkan kontraksi diafragma. Aminofilin bentuk IV teofilin diberikan secara intravena. Teofilin diberikan per oral. Metilsantin tidak digunakan dalam serangan akut karena awitannya lebih lama dibanding agonis beta. Harus sangat hati-hati ketika memberikan medikasi secara intravena. Jika obat ini diberikan terlalu cepat, dapat teradi takikarda atau disritmia jantung. 3 Anti Kolinergik Antikolinergik, seperti atropin tidak pernah dalam riwayatnya digunakan untuk pengobatan rutin asma karena efek samping sistemiknya seperti kekeringan pada mulut, penglihatan kabur, berkemih anyang-ayangan, palpitasi, dan flusing. Antikolinergik secara khusus mungkin bermanfaat terhadap asmatik yang bukan kandidat untuk agonis beta dan metilsantin karena penyakit jantung yang mendasari. 4 Kortikosteroid Kortikosteroid penting dalam pengobatan asma. Medikasi ini mungkin diberikan secara IV hidrokortison, secara oral prednisolon atau melalui inhalasi beklometason, deksametason. Medikasi ini diduga mengurangi inflamasi dan bronkhokonstriktor meskipun mekanisme kerjanya belum jelas. Kortikosteroid tidak melalui inhalasi mungkin diberikan untuk serangan asmatik akut yang tidak memberikan respons terhadap terapui bronkodilator. Penggunaan kortikosteroid berkepanjangan dapat mengakibatkan terjadi efek samping yang serius, termasuk ulkus peptikum, osteoporosis, supr5esi adrenal, miopati, steroid, dan katarak. Kortikosteroid yang dihirup mungkin efektif dalam mengobati pasien dengan asma tergantung steroid. Keuntungan utama dari metode ini adalah mengurangi efek kortikosteroid pada sistem tubuh lainnya. Iritasi tenggorokan, batuk, mulut kering, suara parau dan infeksi jamur pada mulut dan tenggorokan dapat terjadi. Pasien diinstruksikan untuk membilas mulut dan berkumur segera setelah menghirup kortikosteroid untuk mengurangi insiden infeksi jamur. Pasien diinstruksikan untuk melaporkan insiden kemerahan atau adanya bercak keputihan dalam mulut. Penukaran dari kortikosteroid sistemik menjadi hirup membuat pasien berisiko terhadap insufisiensi adrenal. Oleh karena itu, prosesnya harus dilakukan secara bertahap dan di bawah supervisi yang ketat. 5 Inhibitor Sel Mast Natrium kromolin, suatu inhibitor sel mast adalah bagin integral dari pengobatan asma. Medikasi ini diberikan melalui inhalasi. Medikasi ini mencegah pelepasan mediator kimiawi anafilaktik, dengan demikian mengakibatkan bronkhodilatasi dan penurunan inflamasi jalan nafas. Natrium kromolin sangat bermanfaat diberikan antar serangan atau sementara asma dalam remisi. Obat ini dapat mengakibatka pengurangan penggunaan medikasi lain dn perbaikan menyeluruh dalam gejala. 7. Pencegahan Pasien dengan asma kambuhan harus menjalani pemeriksaan mengidentifikasi substansi yang mencemaskan terjadinya serangan. Penyebab terjadinya asma dapat berupa masalah emosi, cuaca dingin, latihan, obat kimia, infeksi, dan merokok. Upaya pencegahan harus dibuat sedemikian rupa untuk menghindari agen penyebab kapan saja memungkinkan dan dimana saja. B. Asuhan keperawatan pada klien dengan PPOK asma Menurut Doenges 2000, proses asuhan keperawatan pada klien dengan PPOK asma meliputi 1. Pengkajian a. Aktivitas/istirahat Pada klien dengan PPOKasma gejala yang dapat ditimbulkan antara lain keletihan, kelelahan, malaise, ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena sulit berafas, ketidakmampuan untuk tidur, perlu tidur dalam posisi tinggi, dispnoe pada saat istirahat atau respon terhadap aktivatas/ antara lain keletahan, gelisah, insomnia, kelemahan umum/kehilangan massa otot. b. Sirkulasi Gejala yang ditimbulkan antara lain pembengkakan pada ekstremitas antara lain peningkatan TD, peningakatan frekuensi jantung/takikardi berat,disritmia,distensi vena leher,odema dependan,tidak berhubungan dangan penyakit jantung, bunnyi jantung redup berkaitan dengan peningkatan diameter AP dada, warna kulit/membran mukosa normal/abu-abusianosis, kaku tubuh,sianosis perifer,pucat dapat menunjukkan anemia. c. Makanan/cairan Gejalamual,muntah,nafsu makan buruk/anoreksia,kemampuan untuk makan menurun karena distress pernafasan,penurunan BB menetapemfisema, peningkatan BB menunjukan edemabronkitis. Tandaturgor kulit buruk, adema dependen, berkeringat. d. Pernafasan Gejalanafas pendek,dispnoe, dada terasa tertekan,sesak nafas berulang,riwayat pneumonia berulang,terpajan polusi atau debu/asap, faktor keluarga/keturunan. Tandapernafasan cepat/lambat,penggunaan otot bantu pernafasan, nafas bibir, barrel chest, gerakan diafragma minimal, bunyi nafas redup dengan ekspirasi mengi, crackles atau ronchi, hiperesonan atau pekak pada paru, sianosis bibir dan pada dasar kuku. e. Higiene Penurunan kemampuan beraktivitas,kebersihan buruk, bau badan. f. Keamanan Gejala riwayat reaksi alergi / sensitif terhadap zat/faktor lingkungan,adanya infeksi,kemerahan/berkeringat. g. Seksualitass Gejala Penurunan libido h. Interaksi sosial Gejala hubungan ketergantungan , kurang sistem pendukung, penyakit lama/ketidkmampuan membaik. Tanda Ketidakmampuan mempertahankan suara, keterbatasan mobilitas fisik, kelainan hubungan dengan anggota keluarga lain. i. Pemeriksaan Diagnostik 1 Sinar X dada hiper inflasi paru, diafragma datar, penurunan tanda vaskularisasi,peningkatan tanda bronko vasskuler. 2 Tes fungsi paru penyebab dipsnoe, fungsi abnormalobstruksi/retriksi, derajat disfungsi, evaluasi efek terapi. 3 TLC meningkat. 4 Kapasitas inspirasi menurun pada emfisema 5 Volume residu meningkat 6 FEV1/FVC Rasio volume ekspirasi kuat dengan kapasitas kuat menurun 7 GDA memperkirakan progresi proses penyakit kronis 8 JDL dan diferensial ; peningkatan eosinofil 9 Sputum kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen,peningkatan sitolitik untuk mengetahui keganasan dan keganasan atau gangguan alergi 10 Kimia darah Alfa 1 antitripsin, dilakukan untuk meyakinkan defisiensi, dan diagnosa emfisema primer 11 Sputum kultur untuk menentukan adanya infeksi, mengidentifikasi patogen,pemeriksaan sitolitik untuk mengetahui keganasan atau gangguan alergi. 12 EKG Deviasi aksis kanan,peningkatan gelombang P 2. Diagnosa Menurut Doenges 2000, diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan PPOK asma antara lain a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi bertahan, tebal, sekresi kental, penurunan energi/kelemahan ditandai dengan pernyataaan kesulitan bernafas, perubahan kedalaman/kecepatan pernafasan,penggunaan otot aksesori, bunyi nafas abnormal, batuk, dengan/tanpa produksi sputum. b. Kerusakan pertuukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen, kerusakan alveoli ditandai dengan dipsnoe bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang sekret, nilai GDA tak normal, perubahan tanda vital, penurunan toleransi terhadap aktivitas. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dispnea, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia,mual, muntah, ditandai dengan penurunan berat badan, kehilangan masa otot, tonus otot buruk, kelemahan, mengeluh gangguan sensasi pengecap, keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan. d. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya ketahanan utama, penurunan kerja silia, menetapnaya sekret, tidak adekuatnya sistem imunitas kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi. e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi / tidak mengenel sumber informasi, kura ng mengingat/keterbatasan kognitif ditandai dengan pertanyaan tentang informasi, pernyataan masalah/kesalahan konep, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. f. Intoleranssi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan umum, kelelahan yang berhubungan dengan ketidaknyamanan, batuk berlebihan, dan dipsnoe ditandai dengan laporan verbal kelemahan,kelelahan, keletihan, dipsnoe karena kerja, takipnoe, takikaardia sebagaias respon aktivitas, kejadian sianosis. 3. Intervensi Menurut Doenges 2000, intervensi keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan PPOK asma antara lain a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkospasme, peningkatan produksi sekret, sekresi tertahan, sekresi kental, penurunan energi/kelemahan ditandai dengan pernyataan kesulitan bernafas, perubahan kedalaman/kecepatan pernafasan,penggunaan otot aksesori, bunyi napas abnormal misalnya mengi, ronchi, crackles, batuk menetap menetap dengan/tanpa produksi sputum. Tujuan - Mempertahankan jalan napas paten dengan bunyi napas bersih/jelas. - Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan napas misalnya batuk efektif dan mengeluarkan sekret. Intervensi keperawatan - Auskultasi bunyi napas, cata adanya bunyi napas. Rasional beberapa derajat spasme bronkus terjadi dengan obstruksi jalan napas dan dapat/tak dimanifestasikan adanya bunyi nafas. - Kaji frekuensi pernapasan. Rasional Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stress/adanya proses infeksi akut. - Kaji pasien untuk posisi nyaman, misalnya peninggian kepala tempat tidur. Rasional Peninggian kepala yempat tidur mempermudah fungsi pernapasan dengan menggunakan gravitasi. - Dorong/bantu latihan napas abdomen atau bibir. Rasional Memberikan pasien bebrapa cara untuk mengatasi dan mengontrol dypsnoe. - Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml/hari sesuai toleransi jantung. Berikan air hangat. Rasional Hidrasi membantu menurunkan kekenyalan sekret, mempermudah pengeluaran sekret. - Berikan obat sesuai indikasi. Bronkodilator, misalnya, epineprin, albuterol. Rasional Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti lokal, menurunkan spasme jalan napas. - Bantu pengobatan pernapasan, misalnya fisioterapi dada. Rasional Drainase postural dan perkusi bagian penting untuk membuang banyaknya sekresi/kental. 2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksugen obstruksi jalan napas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen/obstruksi jalan napas oleh sekresi, spasme bronkus, jebakan udara kerusakan alveoli ditandai dengan dypsnoe, bingung, gelisah, ketidakmampuan membuang sekret, nilai GDA tidak normal hipoksia, hiperkapnia, perubahn tanda vital, penurunan toleransi terhadap aktivitas. Tujuan - Menunjukkan perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan adekuat dengan GDA dalam rentang normal dan bebas gejala destres pernafasan - Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam tingkat kemampuan /situasi. Intervensi keperawatan - Kaji frekuensi, kedalaman pernapasan , cacat penggunaan otot aksesori, napas bibir. Rasional Berguna dalam evaluasi derajat distress pernapasan dan/atau penyakit. - Atur posisi semi fowler. Rasional Memperlancar jaln napas. - Pengeluaran sputum, penghisapan bila diindikasikan. Rasional Banyaknya sekresi adalh sumber utama gangguan pertukaran gas pada jalan napas kecil. - Palpasi fremitus. Rasional Penurunan getaran vibrasi diduga ada pengumpulan cairan atau udara terjebak. - Awasi tingkat kesadaran/status mental. Rasional Gelisah dan ansietas adalah manifestasi umum pada hipoksia. GDA memburuk disertai bingung/somnolen menunjukkan disfungsi serebral yang berhubungan dengan hipoksemia. - Awasi tanda vital dan irama jantung. Rasional Takikardi, disritmia, dan perubahan tekanan darah dapat menunjukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung. - Berikan oksigen tambahan yang sesaui dengan indikasi hasil GDA dan toleransi pasien. Rasional Mencegah memburuknya hipoksia. - Berikan penekanan SSP misalnya anti ansietas, sedatif, atau narkotik dengan hati-hati. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dypsnoe, kelemahan, efek samping obat, produksi sputum, anoreksia, mual/muntah ditandai dengan penurunan berat badan, kehilangan massa otot, tonus otot buruk, kelemahan, mengeluh gangguan sensasi pengecap, keengganan untuk makan, kurang tertarik pada makanan. Tujuan - Menunjukan peningkatan berat badan menuju tujaun yang tepat Intervensi - Catat derajat kesulitan makan Rasional Pasien distress pernapasan sering anoreksia karena dyspnoe, produksi sputum, dan obat. - Berikan perawatan oral, buang sekret dan berikan wadah khusus untuk sekali pakai serta tisue. Rasional Rasa tidak enak, bau, dan penampilan adalah pencegah utama terhadap nafsu makan dan dapat membuat mual dan muntah dengan peningkatan kesulitan nafas. - Hindari makanan penghasil gas dan minuman karbonat. Rasional Dapat menghasilkan distensi abdomen yang mengganggu nafas abdomen dan gerakan diafragma serta dapat meningkatkan dypsnoe. - Timbang berat badan sesuai indikasi. Rasional Berguna untuk mengetahui dan menentukan kebutuhan kalori,. - Berikan oksigen tambahan selama makan sesuai indikasi. Rasional Menurunkan dypsnoe dan menigkatkan energi untuk makan dan menigkatkan masukan. 4. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan pertama penurunan kerja silia, menetapnya sekret, tidak adekuatnya imunitas kerusakan jaringan, peningkatan pemajanan pada lingkungan, proses penyakit kronis, malnutrisi. Tujuan  Menyatakan pemahaman penyakit/ faktor risiko individu  Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah/ menurunkan risiko infeksi  Menunjukkan teknik perubahan pola hidup untuk meningkatkan lingkungan yang aman Intervensi  Awasi suhu Rasional peningkatan suhu/ demam dapat terjadi karena infeksi  Kaji pentingnya latihan nafas, batuk efektif, perubahan posisi sering dan masukan cairan adekuat. Rasional aktivitas ini meningkatkan mobilisasi dan pengeluaran sekret untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi paru  Observasi warna, karakter, bau sputum Rasional sekret berbau, kuning atau kehijauan menunjukan adanya infeksi paru.  Dorong keseimbangan antara aktivitas dan istirahat. Rasional menurunkan kebutuhan oksigen dan memperbaiki pertahanan pasien terhadap infeksi  Diskusikan kebutuhan masukan nutrisi adekuat Rasional mengetahui kebutuhan nutrisi yang adekuat 5. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, tindakan berhubungan dengan kurang informasi/ tidak mengenal sumber informasi, kurang mengingat/ keterbatasan kognitif ditandai dengan pertanyaan tentang informasi, pernyataan masalah/ kesalahan konsep, tidak akurat mengikuti instruksi, terjadinya komplikasi yang dapat dicegah. Tujuan  Menyatakan pemahaman kondisi/ prognosis dan tindakan  Mengidentifikasi hubungan tanda/ gejala yang ada dari proses penyakit dan menghubungkan dengan faktor penyebab  Melakukan perubahan pola hidup dan berpartisipasi dalam program Intervensi  Jelaskan/ kuatkan penjelasan proses penyakit dan dorong pasien/ keluarga untuk menanyakan pertanyaan . Rasional menurunkan ansietas dan dapat menimbulkan perbaikan partisipasi pada rencana pengobatan.  Instruksikan untuk latihan nafas, batuk efektif, latihan kondisi umum. Rasional Nafas bibir dan nafas diafragmatik/abdominal menguatkan otot-otot pernafasan,membantu meminimalkan koleps jalan nafas kondisi umum meningkatkan toleransi aktivitas, kekuatan otot, dan rasa sehat.  Diskusikan obat pernafasan, efek samping, dan reaksi yang tak diinginkan Rasional Pasien ini sering mendapat oba pernafasan banyak sekaligus mempunyai efek samping hampir sama dan potensial interaksi obat. 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan mum, kelelahan yang berhubungan dengan gangguan pola tidur yang berhubungan dengan ketidaknyamanan, batuk berlebihan dan dyspnea ditandai dengan laporan verbal kelemahan, kelelahan, keletihan, dyspnea karena kerja, takipnea, takikardia sebagai respons terhadap aktivitas, terjadinya/ memburuknya pucat/ sianosis. Tujuan Melaporkan/ menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas yang dapat diukur dengan adanya dyspnea, kelemahan berlebihan dan tanda vital dalam rentang normal. Intervensi  Evaluasi respons klien terhadap aktivitas. Catat laporan dypsnea, peningkatan kelemahan/ kelelahan dan perubahan tanda vital selama dan setelah aktivitas. Rasional menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan memudahkan pilihan intervensi  Berikan lingkungan tenang dan batasi pengunjung selama fase akut yang sesuai indikasi. Dorong penggunaan manajemen stres dan pengalihan yang tepat Rasional menurunkan stres dan rangsangan berlebihan  Bantu pasien memilih posisi untuk istirahat/ tidur Rasional pasien mungkin nyaman dengan kepala tinggi, tidur di kursi atau menunduk ke depan meja.  Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan. Berikan kemajuan peningkatan aktvitas selama fase penyembuhan. Rasional meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen. 4. Pelaksanaan Menurut Doenges 2000 implementasi adalah perawat mengimplementasikan intervensi-intervensi yang terdapat dalam rencana perawatan. Menurut Allen 1998 komponen dalam tahap implementasi meliputi tindakan keperawatann mandiri, kolaboratif, dokumentasi, dan respon pasien terhadap asuhan keperawatan. 5. Evaluasi Evaluasi adalah perbandingan hasil-hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Komponen tahap evaluasi antara lain pencapaian kriteria hasil, keefektifan tahap-tahap proses keperawatan, dan revisi atau terminasi rencana keperawatan. BAB II TINJAUAN KASUS A. PENGKAJIAN Hari/Tanggal Senin, 7 Januari 2008 Jam WIB Tempat Di Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta Metode Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik, studi dokumen Sumber Pasien, suami pasien dan status kesehatan pasien. Oleh Kelompok F 1. IDENTITAS a. Pasien 1 Nama Tn. “S’ 2 Umur 71 th 3 Jenis Kelamin Laki-Laki 4 Agama Islam 5 Status Perkawinan Sudah kawain 6 Pendidikan SD 7 Pekerjaan Wiraswasta 8 Suku/ Kebangsaan Jawa/ Indonesia 9 Alamat Jogonalan kidul RT 03/ 20 Bantul 10 Diagnosis Medis Asma 11 No. CM 336094 12 Tgl. Masuk RS 4 Januari 2008 b. Keluarga/ Penanggungjawab 1 Nama Tn.”Y” 2 Umur 40 th 3 Pendidikan S1 4 Pekerjaan Guru 5 Alamat Jogonalan kidul RT 03/ 20 Bantul 6 Hubungan dg Pasien Anak 2. RIWAYAT KESEHATAN a. Riwayat Kesehatan Pasien 1 Riwayat Kesehatan Sekarang a Keluhan Utama Klien mengatakan bahwa dirinya merasa sesak nafas dan kakinya terasa nyeri dan gemetar. Klien juga mengatakan badannya terasa lemah. b Faktor Pencetus Klien mempunyai kebiasaan merokok namun sekarang sudah berhenti. Saat ini klien memiliki alergi terhadap asap rokok c Timbulnya keluhan Kronis d Awal Serangan Setelah operasi appendisitis 4 tahun yang lalu bulan Januari 2004 2 Riwayat Kesehatan Lalu a Penyakit yang pernah diderita Kien mengatakan bahwa dirinya pernah menderita penyakit usus buntu appendisitis, namun sudah dioperasi 4 tahun lalu b Tindakan/ pengobatan/ perawatan yang pernah dijalani Klien pernah menjalani operasi appendik appendiktomi 4 tahun yang lalu b. Riwayat Kesehatan Keluarga 1 Genogram = Laki-laki hidup = Tinggal serumah = Perempuan hidup = Garis keturunan = Klien = Garis perkawinan = Perempuan meninggal = Garis persaudaraan 2 Riwayat Kesehatan Keluarga Klien mengatakan bahwa almarhum ayahnya juga menderita penyakit serupa asma, namun tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular. 3. POLA KEBIASAAN PASIEN a. Aspek Fisik-Biologis 1 Pola Nutrisi a Sebelum sakit Klien mengatakan makan 3 kali sehari, dengan porsi satu piring terdiri dari nasi, sayur, lauk, dan buah seperti pisang. Klien mengatakan bahwa dirinya tidak mempunyai makanan pantang. Klien biasa minum air putih ± 1,5 liter sehari. Klien juga suka minum susu dan teh. Tidak ada minuman pantang. b Selama sakit Klien mengatakan nafsu makannya tetap baik, klien makan 3 kali sehari. Diet rumah sakit selalu dihabiskan. Klien minum sama seperti sebelum sakit. 2 Pola Eliminasi a Sebelum sakit Klien mengatakan dirinya biasanya buang air besar 1 kali sehari, tidak ada kesulitan saat BAB dan buang air kecil 4-5 kali sehari. b Selama sakit Klien BAB satu hari sekali, BAK 3-5 kali sehari. Klien BAB dibantu oleh keluarganya menggunakan bedpan. 3 Pola Aktivitas-Istirahat a Sebelum sakit Klien mengatakan dapat melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri. Klien mengatakan biasa tidur malam selama ± 7 jam dan pada siang hari klien tidur siang ± 1 jam b Selama sakit Selama di rumah sakit klien hanya tiduran dan duduk di atas tempat tidur. Klien BAK dan BAB, maupun mengganti baju dengan dibantu oleh keluarganya. Klien mengatakan selama di rumah sakit tidak ada gangguan tidur. 4 Pola Kebersihan Diri a Sebelum sakit Klien mengatakan mandi 1 kali sehari dengan menggunakan sabun. Klien mandi di kamar mandi secara mandiri. Klien keramas setiap mandi. Klien tidak pernah menggosok gigi karena giginya sudah tanggal semua. Klien membersihkan telinga saat gatal saja dan memotong kuku apabila kukunya sudah panjang. Hidung dan mata klien dibersihkan pada saat mandi. b Selama sakit Klien mengatakan selama sakit badannya hanya dilap 2 kali dalam sehari. Selama berada di rumah sakit klien keramas dengan dilap tidak menggunakan sampo. b. Aspek Mental-Intelektual-Sosial-Spiritual 1 Konsep Diri a Identitas diri Klien mengatakan dirinya adalah seorang bapak, suami dan kakek. Klien berpenampilan sesuai jenis kelaminnya. b Harga diri Klien mengatakan tidak malu dengan keadaannya saat ini. Klien mengatakan bahwa penyakitnya merupakan cobaan bagi dirinya. c Ideal diri Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan berharap segera pulang berkumpul dengan keluarganya kembali. d Peran diri Klien mengatakan selama sakit perannya sebagai seorang bapak, suami dan kakek terganggu. e Gambaran diri Klien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan mensyukurinya. 2 Hubungan interpersonal a Sebelum sakit Klien mengatakan sebelum sakit hubungannya dengan keluarga, saudara, dan tetangganya baik. b Selama sakit Hubungan klien dengan keluarga, saudara, dan tetangga yang menjenguk maupun dengan tim kesehatan dan pasien lain baik. 3 Mekanisme Koping Klien mengatakan bila ada masalah selalu dibicarakan dengan istri dan anak-anaknya. 4 Support system Klien mendapatkan dukungan dari istri dan anak-anaknya. 5 Aspek Mental/ Emosional Emosi klien stabil dan tidak mudah marah, klien pasrah dengan keadaannya dan sabar menjalaninya. 6 Aspek Intelegensi Klien mengatakan bahwa belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang penyakit asma. Klien hanya tahu bahwa asma adalah sesak nafas dan obatnya adalah ventolin. Klien terlihat bingung ketika diberi pertanyaan mengenai penyakit asma. Klien juga mengatakan tidak tahu mengenai tanda-tanda infeksi. 7 Aspek Sosial Klien mampu berkomunikasi dengan bahasa jawa dan Indonesia. 8 Spiritual Klien beragama islam, selama sakit klien hanya berdoa dan berdzikir serta memohon agar segera diberi kesehatan. 4. PEMERIKSAAN FISIK a. Keadaan Umum 1 Kesadaran Compos mentis 2 Status gizi a TB 155 cm b BB 42 kg c IMT 42 = 18,45 normal 1,552 3 Tanda-tanda vital a TD 140/80 mmHg b Suhu 36,3ºC c Nadi 100 kali/menit d Pernafasan 26 kali/menit b. Pemeriksaan Secara Sistematik Cepalo-Kaudal 1 Kepala a Bentuk kepala mesochepal b Kulit kepala tidak ada luka, distribusi rambut tidak merata, warna rambut hitam kemerahan dan beruban. c Mata tidak terdapat secret, konjungtiva tidak anemis, tidak ada gangguan penglihatan d Telinga simetris, bersih, dan fungsi pendengaran baik. e Hidung tidak terdapat secret, fungsi pembauan baik, terpasang kanul binasal dengan oksigen 3 liter/ menit f Mulut membran mukosa lembab, gigi sudah tanggal semua 2 Leher Pada leher tidak ada pembesaran kelenjar tiroid . 3 Dada a Inspeksi Bentuk dada simetri, tidak ada lesi, penggunaan otot bahu saat bernafas, normochest b Palpasi Tidak ada nyeri tekan c Perkusi Terdengar suara sonor d Auskultasi Terdengar suara nafas tambahan wheezing 4 Abdomen a Inspeksi tidak ada hernia umbilikalis, terdapat bekas jahitan melewati umbilikal sepanjang 20 cm b Auskultasi peristaktik usus 12 kali/ menit. c Palpasi pada kuadran kiri atas ada nyeri tekan, tidak teraba penumpukan feses, tidak ada penumpukan urine pada kandung kemih. d Perkusi terdengar suara hipertimpani pada kuadran kiri atas 5 Ekstremitas a Atas anggota gerak atas lengkap, kuku pendek, dan pada tangan kiri klien terpasang infus sejak tanggal 4 Januari 2008. Luka tusukan infus tidak ada nyeri tekan, tidak kemerahan, tidak ada bengkak b Bawah anggota gerak bawah lengkap, tidak ada lesi, kuku pendek, pada kaki terlihat edema, jika ditekan lama kembali 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG Tanggal 4 Januari 2008 Parameter Hasil Glukosa sewaktu Ureum Kreatinin SGOT SGPT 213 mg/ dl 44 mg/ dl 1,1 mg/ dl 35 U/I 35 U/I Tanggal 4 Januari 2008 Parameter Hasil Leukosit Eritrosit Hemoglobin Hematokrit MCV MCI Trombosit Netrofil stat Netrofil segmen Limphosit Monosit 17,7x104 3/UL 5,01 15 46,2 92,2 31,1 233 1 70 10 2 Tanggal 5 Januari 2008 Parameter Hasil Kolesterol total Trigliserida Kholesterol HDL Kholesterol LDL 272 mg/ dl 128 mg/ dl 72 mg/ dl 174 mg/ dl Tanggal 6 Januari 2008 Parameter Hasil Glukosa puasa Glukosa 2 jam PP 178 mg/ dl 360 mg/dl 6. TERAPI 1. Oksigen 3 liter/ menit 2. Pemberian cairan infus D5% 12 tpm 3. Injeksi Furosemid 1 A/ 12 Jam 4. Injeksi Dexametason 1 A/ 12 Jam 5. Injeksi Ceftriaxon 1 gr/ 12 Jam ANALISIS DATA DATA MASALAH PENYEBAB DS Klien mengatakan sesak nafas. DO - Dypsnoe - TD 140/80 mmHg - N 100x/mnt - R 26x/mnt - Terdengar suara nafas tambahan wheezing - Klien menggunakan kanule oksigen 3 l/menit DS Klien mengatakan badannya lemah. DO - Dypsnoe - TD 140/80 mmHg - N 100x/mnt - Klien hanya berbaring di tempat tidur, kadang klien juga duduk. - Semua aktivitas klien dibantu oleh keluargannya. DS  Klien mengatakan bahwa belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang asma.  Klien hanya tahu bahwa asma adalah sesak nafas dan obatnya adalah ventolin. DO Klien terlihat bingung saat ditanyai DS- DO  Tangan kiri klien terpasang infus D5% 12 tpm sejak tanggal 04 Januari 2008.  SB 36,3 °C  N 100x /mnt  Luka tusukan infus tidak ada nyeri tekan, tidak kemerahan, tidak ada bengkak  Klien tidak tahu mengenai tanda-tanda infeksi Bersihan Jalan nafas tidak efektif Intoleransi aktivitas Kurang pengetahuan tentang penyakit, tindakan pengobatan/ perawatan Risiko infeksi Bronkhokonstriksi Kelemahan fisik Kurangnya informasi Prosedur invasif DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi ditandai dengan DS Klien mengatakan sesak nafas. DO  Dypsnoe  TD 140/80 mmHg  N 100x/mnt  R 26x/mnt  Terdengar suara nafas tambahan wheezing  Klien menggunakan kanule oksigen 3 l/menit 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan DS Klien mengatakan badannya lemah. DO  Dypsnoe  TD 140/80 mmHg  N 100X/mnt  Klien hanya berbaring di tempat tidur, kadang klien juga duduk.  Semua aktivitas klien dibantu oleh keluargannya. 3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, tindakan pengobatan/ perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan DS  Klien mengatakan bahwa belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang asma.  Klien hanya tahu bahwa asma adalah sesak nafas dan obatnya adalah ventolin. DO Klien terlihat bingung saat ditanyai 4. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan DS - DO  Tangan kiri klien terpasang infus D5% 12 tpm sejak tanggal 04 Januari 2008.  SB 36,3 °C  N 100X /mnt  Luka tusukan infus tidak ada nyeri tekan, tidak kemerahan, tidak ada bengkak  Klien tidak tahu mengenai tanda-tanda infeksi CATATAN PERKEMBANGAN No. Diagnosa Implementasi Evaluasi 1 1,4 1 4 1 1,4 1 1,4 2 07 Januari 2008 Jam  Mengatur posisi semi fowler Ambar  Memberikan oksigen 3 l/menit Binti Jam WIB  Mengukur nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu badan Arini 8 Januari 2008 Jam WIB  Memberikan oksigen 3 l/menit Eka Jam WIB  Melakukan dressing infus Fitri Jam WIB  Mengatur posisi semi fowler Rage  Memberikan oksigen 3l/menit Wempi Jam WIB  Mengukur nadi dan suhu Fitri Jam WIB  Mengobservasi sesak nafas Eka 9 Januari 2008 Jam WIB  Mengukur nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu badan Binti Jam WIB  Mengobservasi aktivitas klien Binti 07 Januari 2008 Jam S Klien mengatakan sesak nafas bekurang O Klien terlihat lebih tenang Binti Jam WIB S - O - TD = 120/80 mmHg - SB = 36,2º C - N = 70X/mnt - R = 26X/mnt Arini 8 Januari 2008 Jam WIB S Klien merasa lebih nyaman O Klien terlihat tidak tersengal-sengal Eka Jam WIB S Klien mengatakan tidak ada nyeri tekan O Luka tusukan infus tidak bengkak, tidak ada kemerahan Fitri Jam WIB S Klien mengatakan sesak nafas bekurang O Klien tidak gelisah Wempi Jam WIB S - O - N 100x/mnt - SB 36,6º C Fitri Jam WIB S Klien mengatakan sesak nafas bekurang O Klien terlihat lebih tenang Eka 9 Januari 2008 Jam WIB S Klien mengatakan lebih tenang O - TD = 120/80 mmHg - SB = 36,2º C - N = 70x/mnt - R = 26x/mnt Jam WIB Binti Jam WIB S Klien merasa dirinya lebih baik O Klien sudah bisa turun dari tempat tidur. Binti DIAGNOSIS, PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Tn.”S” Dx Medis Asma Umur 71 th No. CM 428929 Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta Diagnosis Keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Rumusan Tujuan Intervensi Rasional 7 Januari 2008 Pukul WIB 1. Bersihan Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi ditandai dengan DS  Klien mengatakan sesak nafas. DO  Dypsnoe  TD 140/80 mmHg  N 100X/mnt  R 26X/mnt  Terdengar suara nafas tambahan wheezing  Klien menggunakan kanule oksigen 3 l/menit Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, bersihan jalan nafas klien adekuat dengan kriteria - N 60 - 100 x/mnt. - TD 120/80 mmHg. - R 16-24x/mnt - Suara napas vesikuler - Pernapasan menggunakan otot diafragma 1. Monitor tanda-tanda vital. 2. Kaji frekuensi, kedalaman, dan bunyi napas. 3. Berikan posisi semi fowler 4. Kelola pemberian oksigen 3 ltr/mnt Arini 1. Mengetahui adanya tanda-tanda ganguan pernapasan mis R>24 /<16x/mnt. 2. Mengetahui derajat pernapasan. 3. Memperlancar jalan nafas. 4. Mencukupi kebutuhan oksigen. 7 Januari 2008 Pukul WIB 1. Mengukur nadi 2. Memonitor frekuensi dan kedalaman pernapasan Arini 3. Memberikan posisi semi fowler Ambar 4. Memberikan oksigen 3 liter/ mnt Binti 7 Januari 2008 Pukul WIB S Klien mengatakan masih merasa sesak napas O  N 96x/mnt  R 26x/mnt  Napas dangkal A Tujuan belum tercapai P Intervensi dilanjutkan 1,2,3,4 Arini DIAGNOSIS, PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Tn.”S” Dx Medis Asma Umur 71 th No. CM 428929 Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta Diagnosis Keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Rumusan Tujuan Intervensi Rasional 8 Januari 2008 Pukul WIB aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik yang ditandai dengan DS Klien mengatakan badannya lemah. DO  Klien hanya berbaring di tempat tidur, kadang klien juga duduk.  Semua aktivitas klien dibantu oleh keluargannya. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam kemampuan aktivitas klien meningkat dengan kriteria  Klien dapat melakukan aktifitasnya dg mandiri atau sedikit bantuan dari orang lain  Kebutuhan ADL klien terpenuhi.  Kemampuan fisik klien meningkat 1. Rencanakan aktivitas dg periode istirahat adekuat sesuai kebutuhan. 2. Ikut sertakan klien dlm perawatan diri dan aktivitas. 3. Libatkan keluarga dlm memenuhi kebutuhan klien sesuai kebutuhan klien. Rage 1. Mencegah kepenatan, menghemat energi utk melanjutkan partisipasi. 2. Meningkatkan kemandirian dan kepercayaan diri, dan meningkatkan keinginan utk berpartisipasi. 3. Memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dlm melakukan aktivitas. 8 Januari 2008 Pukul WIB 1. Menganjurkan klien beraktivitas secara bertahap, melatih gerak ekstrimitas atas maupun bawah. Rage 2. Menganjurkan keluarga klien agar membantu klien jika kesulitan beraktivitas Wempi 8 Januari 2008 Pukul WIB S Klien mengatakan akan melatih aktivitas sedikit demi sedikit O Klien dan keluarga antusias ketika diberikan pengarahan A intervesi tercapai sebagian P intervensi dilanjutkan 1,2,3 Wempi DIAGNOSIS, PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Tn.”S” Dx Medis Asma Umur 71 th No. CM 428929 Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta Diagnosis Keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Rumusan Tujuan Intervensi Rasional 7 Januari 2008 Pukul WIB pengetahuan tentang penyakit, tindakan pengobatan/ perawatan berhubungan dengan kurangnya informasi ditandai dengan DS  Klien mengatakan belum pernah mendapatkan penyuluhan tentang asma.  Klien hanya tahu bahwa asma adalah sesak nafas dan obatnya adalah ventolin. DO Klien terlihat bingung saat ditanyai Setelah mendapatkan informasi, klien meningkat pengetahuannya dengan kriteria - Ketika ditanya, klien mampu memahami dan menjelaskan tentang penyakitnya dan tindakan pengobatan/ perawatannya 1. Berikan informasi tentang penyakit asma 2. Diskusikan dengan klien mengenai penyakit, tindakan pengobatan/ perawatan 3. Anjurkan klien untuk menghindari faktor pencetus mis. asap rokok Binti & Ambar 1. Menambah pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakitnya. 2. Meningkatkan pengetahuan dan memperbaiki kesalahan konsep 3. Meminimalkan munculnya serangan ulang 7 Januari 2008 Pukul WIB 1. Memberikan informasi tentang pengertian, penyebab, gejala, dan perawatan penyakit asma Ambar 2. Mendiskusikan dengan klien mengenai penyakit, tindakan pengobatan/ perawatannya 3. Menganjurkan klien untuk menghindari faktor pencetus Binti 7 Januari 2008 Pukul WIB S Ketika dilakukan umpan balik verbal, klien mampu menjelaskan tentang penyakit. O Klien terlihat antusias saat berdiskusi dan diberikan penjelasan A Tujuan tercapai P intervensi dihentikan. Binti DIAGNOSIS, PERENCANAAN, PELAKSANAAN, DAN EVALUASI KEPERAWATAN Nama Tn.”S” Dx Medis Asma Umur 71 th No. CM 428929 Ruang Dahlia RSUD Kota Yogyakarta Diagnosis Keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Rumusan Tujuan Intervensi Rasional 7 Januari 2008 Pukul WIB infeksi berhubungan dengan prosedur invasif ditandai dengan DS- DO  Tangan kiri klien terpasang infus D5% 12 tpm sejak tanggal 04 Januari 2008.  S 36,3 °C  N 100X /mnt  Luka tusukan infus tidak ada nyeri tekan, tidak kemerahan, tidak ada bengkak  Klien tidak tahu mengenai tanda-tanda infeksi Selama mendapat perawatan klien tidak mengalami infeksi dengan kriteria - Tidak ada tanda-tanda infeksi tidak ada dolor, rubor, kalor, tumor maupun fungsiolaesa pada area tusukan infus. - S 36 - 37ºC - N 60 - 100 x/mnt  Klien mampu menjelaskan mengenai tanda-tanda infeksi 1. Monitor tanda-tanda vital. 2. Kelola dressing infus sehari 1x dan kaji area luka 3. Ganti infus set 3 hari 1x. 4. Berikan informasi mengenai tanda-tanda infeksi. Binti 1. Mengidentifikasi adanya infeksi peningkatan suhu 2. Mencegah masuknya bakteri dan terjadinya infeksi. 3. Mencegah pemasukan dan penumpukan bakteri. 4. Meningkatkan pengetahuan tentang tanda- tanda infeksi. 7 Januari 2008 Pukul WIB 1. Mengukur nadi dan suhu klien Ambar 2. Mengkaji nyeri tekan pada luka tusukan infus 3. Memberikan informasi mengenai tanda-tanda infeksi. Binti 7 Januari 2008 Pukul WIB S Klien mampu menjelaskan tanda-tanda infeksi dan mengatakan tidak ada nyeri tekan pada luka tusukan infus O - Suhu klien 36,2º C - N 70X/mnt A Tujuan tercapai sebagian P Intervensi dilanjutkan 1,2,3
Akibatdari waham klien dapat mengalami kerusakan komunikasi verbal yang ditandai dengan pikiran tidak realistic, flight of ideas, kehilangan asosiasi, pengulangan kata-kata yang didengar dan kontak mata yang kurang. Akibat yang lain yang ditimbulkannya adalah beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.
PAPER ASKEP KELUARGA DENGAN ASMA S-1 KEPERAWATAN TINGKAT III STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP 2013/2014 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. O DENGAN MASALAHPAPER ASKEP KELUARGA DENGAN ASMA S-1 KEPERAWATAN TINGKAT III STIKES AL-IRSYAD AL ISLAMIYYAH CILACAP 2013/2014 ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Tn. O DENGAN MASALAH
IuIRyfU.
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/383
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/163
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/151
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/110
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/161
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/99
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/38
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/29
  • jqa5oh4ghl.pages.dev/320
  • kumpulan askep keluarga dengan asma